digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak : Selama tahun anggaran 1996 sampai 1998, bisnis angkutan penumpang dan barang yang dikelola oleh PT Kereta Api (Persero) mengalami pertumbuhan volume rata-rata positif, kecuali untuk angkutan penumpang klas ekonomi dan angkutan barang non negosiasi. Sungguhpun demikian, tingkat pertumbuhan yang dicapai ini, sebenamya belum dapat dijadikan tolok ukur nyata untuk menggambarkan kinerja bisnis angkutan penumpang dan barang. Untuk itu, melalui pendekatan internal atas indikator-indikator aspek keuangan, operasional dan administrasi yang telah dicapai, dihasilkan penilaian bahwa kinerja bisnis angkutan penumpang dan barang selama tiga tahun masih tergolong kurang sehat. Masih buruknya kinerja ini, juga bertalian langsung dengan rendahnya tingkat pendidikan pegawai yang dimiliki, kurang didayagunakannya potensi lingkungan stakeholders, makin sengitnya pesaing substitusi, adanya distorsi yang berasal dari pemerintah, dan dahsyatnya tekanan krisis ekonomi. Keadaan ini, tentu merupakan isyarat pentingnya perbaikan kinerja bisnis dimasa mendatang, dan untuk keperluan tersebut dapat dimulai dengan melakukan perumusan strategi. Mengacu pada perangkat analisis SWOT, telah dihasilkan bahwa untuk angkutan barang non negosiasi diperlukan pengelolaan yang defensif, usaha berbenah diri untuk klas ekonomi dan lokal, serta pengelolaan agresif untuk klas bisnis, eksekutif, Jabotabek dan angkutan barang negosiasi. Pengelolaan setiap jenis bisnis ini, seyogyanya dijalankan dengan mengacu pada alternatif rumusan strategi yang terdapat pada matriks PAKAL. Seiring dengan rumusan tersebut, dalam perspektif generik direkomendasikan penerapan strategi keunggulan biaya untuk meningkatkan kinerja bisnis. Sedangkan dalam konteks vektor pertumbuhan produk-pasar, implementasi, strategi penetrasi pasar diusulkan untuk klas ekonomi, lokal dan angkutan barang non negosiasi. Untuk klas bisnis, eksekutif, Jabotabek dan angkutan barang negosiasi lebih relevan untuk menerapkan strategi pengembangan pasar. Sementpra itu, dari segi daya tarik dan kemampuan bersaing tiap bisnis, dihasilkan posisi selectivity untuk klas ekonomi, dan lokal. Untuk klas bisnis, Jabotabek, dan angkutan barang negorasi terletak pada posisi selective growth. Klas eksekutif berada di posisi investment and growth, sementara untuk angkutan barang non negosiasi terletak di posisi harvest / divest.