Keberadaan industri tambak udang putih (Litopenaeus vannamei) sistem intensif di
Pesisir Selatan Jawa Barat memiliki kontribusi yang signifikan memberikan
manfaat terhadap kemajuan sektor akuakultur Indonesia, daerah, dan masyarakat
sekitar. Meskipun pertumbuhannya sangat cepat, industri ini menghadapi beberapa
kendala dalam keberlanjutannya seperti penurunan kualitas air, penyakit, dan
pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status
keberlanjutan dan selanjutnya merumuskan strategi pengelolaan tambak udang
putih sistem intensif untuk industri. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus
berganda dengan pelaksanaan penelitian mencakup empat tahapan utama : 1)
identifikasi aspek dan penyusun atribut keberlanjutan yang meliputi dimensi
ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi, 2) analisis status keberlanjutan dengan
metode RAPFISH-MDS (Rapid Appraisal for Fisheries–Multidimensional
Scaling), 3) penentuan atribut yang signifikan dari nilai Root Mean Square (RMS)
hasil analisis sensitivitas metode RAPFISH-MDS, dan 4) penyusunan strategi
pengelolaan dengan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi langsung,
wawancara mendalam, dan kuesioner. Data sekunder dikumpulkan melalui kajian
pustaka, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan Shrimp Club
Indonesia (SCI) regional Jawa Barat. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa
status keberlanjutan tambak udang putih sistem intensif di Pesisir Selatan Jawa
Barat termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan
sebesar 63,92. Penyusunan strategi pengelolaan menghasilkan 12 strategi alternatif
dengan tahapan implementasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status keberlanjutan tambak udang putih
sistem intensif di Pesisir Selatan Jawa Barat adalah cukup berkelanjutan dan untuk
keberlanjutannya diperlukan strategi pengelolaan yang menitik beratkan pada
perbaikan sistem intensifikasi tambak udang dengan kepadatan tebar benur
ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas dan penjualan, perbaikan kualitas
air dengan monitoring yang kontinu, perbaikan manajemen penyakit, serta
penggunaan probiotik yang tepat dengan tidak adanya polusi yang masuk, dan
ketersediaan energi listrik harus diambil sebagai pertimbangan serius.