Pertambahan luas area terbangun di Kota Pontianak berpengaruh pada perubahan
lingkungan termal yang dapat mempengaruhi kenyamanan termal manusia yang
tinggal di Kota Pontianak. Agar lingkungan termal menjadi nyaman maka perlu
dilakukan pengendalian lingkungan termal. Badan air merupakan salah satu potensi
softscape pada lingkungan perkotaan yang dapat mempengaruhi lingkungan termal.
Badan air di Kota Pontianak merupakan anak sungai dan terletak menyebar
diseluruh kota. Badan air memiliki massa termal yang besar, sehingga mempunyai
potensi mendinginkan dan menghangatakan kawasan sehingga perlu dikelola.
Hingga saat ini pengaruh badan air di Kota Pontianak terhadap lingkungan termal
belum diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun prinsip
perancangan kawasan untuk mencapai kenyamanan termal ruang luar melalui
potensi badan air. Prinsip perancangan kawasan dalam ranah ilmu lingkungan
termal dilakukan dengan pendekatan urban geometri. Metode penelitian secara
umum menggunakan pendekatan kuantitatif-kuasi eksperimental yang dilakukan
dengan metodologi model pengujian simulasi ENVI-met dan Rayman, uji statistik,
serta analisis deskriptif kuantitatif untuk mengklasifikasikan jenis wilayah
penelitian berdasarkan urban geometry dan local climate zone, mengetahui standar
kenyamanan termal ruang luar di Kota Pontianak menganalisis pengaruh badan air
terhadap lingkungan termal, menganalisis komponen termal yang paling
berpengaruh di wilayah badan air dan hubungan komponen fisik dengan kondisi
termal, serta menyusun prinsip perancangan pendinginan evaporasi. Hasil
penelitian menunjukkan nilai PET ruang luar di Kota Pontianak memiliki rentang
toleransi cukup besar sebesar 23-43°C. Kondisi ini menunjukkan rentang toleransi
adaptasi yang lebih tinggi dari negara beriklim moderat dan sub tropis. Area badan
air dengan tipe open lowrise memiliki temperatur lebih rendah 1-3°C dari area tanpa
badan air dan area compact lowrise. Badan air secara parsial memiliki potensi
menghangatkan kawasan, sehingga pengendalian termal melalui potensi badan air
perlu dilakukan secara simultan dengan komponen fisik geometri kota lainnya.
Perancangan badan air yang tersebar dan bergerak lebih direkomendasikan dalam
pendinginan evaporasi. Kecepatan angin memiliki peran penting dalam proses
pendinginan, karena ketidaknyamanan termal bukan hanya berasal dari temperatur
udara yang tinggi, namun juga dari kelembaban tinggi yang berasal dari badan air.