Kawasan Pasar Sekanak merupakan salah satu kawasan lama bersejarah yang
menjadi cikal bakal pertumbuhan Kota Palembang. Kawasan yang hidup bermula
dari kegiatan perekonomian ini identik dengan bangunan-bangunan tua
peninggalan sejarah. Akan tetapi, meningkatnya persaingan antar kawasan
membuat banyak pedagang di kawasan bersejarah ini mengungsi ke kawasan lain
yang lebih diminati pengunjung sehingga banyak pula ruko dan los pasar yang
tutup serta tidak terawat lagi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
merumuskan rekomendasi strategi pengembangan heritage tourism yang dapat
dilakukan di Kawasan Pasar Sekanak Kota Palembang. Alih-alih pelestarian dan
pengembangan kawasan bersejarah, heritage tourism yang merupakan pariwisata
berbasis sejarah dan budaya, diharapkan mampu menarik minat kunjungan dan
menghidupkan kembali kawasan ini dengan konsep yang mendukung identitas
Kota Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. Sejalan dengan beberapa
program pemerintah seperti program strategis Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif tahun 2020-2024 terkait Cultural Heritage Regeneration yang
salah satu lokasi pengembangannya di Kota Palembang, kemudian pengembangan
prioritas kawasan pariwisata dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan 2012-2032
yang salah satunya merupakan Kota Pusaka Palembang, program-program
tersebut juga didukung dengan adanya Peraturan Wali Kota Palembang Nomor 48
Tahun 2015 tentang Rencana Penataan Kawasan Pusaka Kota Palembang, dimana
Kawasan Pasar Sekanak menjadi salah satunya. Adapun lokasi penelitian tidak
hanya diperuntukan perdagangan dan jasa namun juga pemukiman penduduk,
sehingga dalam merumuskan rekomendasi strategi pengembangan memerlukan
persepsi dan preferensi masyarakat lokal sebagai bahan pertimbangan.
Dengan demikian, metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
berupa deskriptif kuantitatif, dimana analisis persepsi dan preferensi masyarakat
lokal dilakukan melalui hasil kuisioner yang dideskripsikan. Untuk pengumpulan
data, dilakukan terhadap data primer maupun sekunder, yangmana data primer
didapat melalui hasil observasi, wawancara, penyebaran kuisioner kepada
masyarakat lokal, serta dokumentasi. Sedangkan data sekunder didapat melalui
tinjauan literatur, baik itu teori maupun peraturan-peraturan terkait kawasan
penelitian dan cagar budaya. Dalam menganalisis data-data yang ada, digunakan
teknik seperti analisis deskriptif, distribusi frekuensi serta corsstabulationiii
sederhana yang dilakukan terhadap hasil kuisioner. Analisis ini dilakukan
berdasarkan sasaran penelitian sehingga meliputi; (1) Analisis deskriptif dan
distribusi frekuensi terhadap potensi heritage, (2) Analisis deskriptif terhadap
sense of place kawasan pasar tradisional, (3) Analisis deskriptif dan tabulasi
silang terhadap beberapa komponen penting heritage tourism yang terdapat di
kawasan penelitian, dan (4) Analisis deskriptif dan juga crosstabulation dalam
merumuskan rekomendasi strategi pengembangan heritage tourism di kawasan
penelitian.
Hasil dari penelitian kali ini berupa rekomendasi strategi pengembangan heritage
tourism yang meliputi pengembangan daya tarik pusaka, penyediaan fasilitas
pendukung pariwisata pusaka, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal,
peningkatan sense of place Kawasan Pasar Sekanak, dan pengembangan
aksesibilitas pariwisata. Untuk pengembangan atraksi wisata pusaka difokuskan
lagi pada beberapa komponen seperti pelestarian, atraksi wisata serta culture
experience. Penyediaan fasilitas pendukung pariwisata pusaka yang sebaiknya
diperhatikan adalah meliputi informasi dan interpretasi, street furniture,
kebersihan, akomodasi, parkir, keuangan hingga pusat oleh-oleh. Kemudian untuk
peningkatan SDM lokal, tidak hanya pada kuantitas namun juga kualitiasnya
sehingga perlu meliputi pengetahuan dan edukasi serta pemberdayaan masyarakat
lokal. Peningkatan sense of place Kawasan Pasar Sekanak pada dasarnya
diharapkan dapat mengangkat kearifan lokal sehingga menciptakan atmosfer khas
yang berbeda dari kawasan lainnya. Selanjutnya, pengembangan aksesibilitas
pariwisata dapat dikategorikan melalui dua, yaitu jalur darat dan jalur air,
yangmana selain penataan juga diperlukan pembentukan transportasi wisata
tradisional dan pangkalannya.