digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC karya

Penerbangan komersial berkembang pesat di berbagai negara, termasuk di Indonesia, karena cepat dan dapat menjangkau berbagai wilayah, bahkan wilayah yang jauh atau sulit dijangkau sekalipun. Namun, kegagalan kecil dalam dunia penerbangan sering mengakibatkan kecelakaan fatal. Indonesia sebagai negara kepulauan di wilayah tropis memiliki potensi pembentukan awan Cumulonimbus yang besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi cuaca dan karakteristik petir tropis, beserta pengaruhnya terhadap pesawat komersial, serta mengetahui langkah mitigasi sambaran petir tropis pada pesawat komersial. Dengan melakukan analisis data sambaran petir pada pesawat komersial, dilengkapi dengan berbagai data atmosfer, penelitian ini berhasil menggambarkan karakteristik petir tropis seperti awan Cumulonimbus yang lebar dan tinggi yang menyebabkan banyak sambaran petir pada pesawat komersial di wilayah tropis, serta korelasi sambaran petir pada pesawat komersial dengan kerapatan sambaran petir di bandara. Penerbangan dari/menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta (CGK) paling aman dari sambaran petir pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan paling berbahaya pada bulan Februari dan November. Pada bandara tersebut, sambaran petir paling banyak terjadi pukul 13.00-19.00 WIB. Selain itu, kondisi pesawat turun merupakan fase penerbangan yang cukup rentan terhadap kerusakan akibat sambaran petir, sehingga pesawat telah dilengkapi alat ukur medan elektrik. Untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di wilayah tropis, diperlukan sistem deteksi awan petir dan peta kerapatan sambaran petir sebagai dasar pembuatan rute penerbangan bebas petir dan meningkatan kewaspadaan pilot terhadap bahaya sambaran petir pada rute penerbangan yang akan dilaluinya. Sistem deteksi awan petir ini juga diperlukan oleh menara kontrol dalam memberikan informasi pada para penerbang agar dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk mendarat dan lepas landas dengan selamat.