Penerbangan komersial berkembang pesat di berbagai negara, termasuk di Indonesia,
karena cepat dan dapat menjangkau berbagai wilayah, bahkan wilayah yang jauh atau sulit
dijangkau sekalipun. Namun, kegagalan kecil dalam dunia penerbangan sering mengakibatkan
kecelakaan fatal. Indonesia sebagai negara kepulauan di wilayah tropis memiliki potensi
pembentukan awan Cumulonimbus yang besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kondisi cuaca dan karakteristik petir tropis, beserta pengaruhnya terhadap pesawat komersial,
serta mengetahui langkah mitigasi sambaran petir tropis pada pesawat komersial. Dengan
melakukan analisis data sambaran petir pada pesawat komersial, dilengkapi dengan berbagai
data atmosfer, penelitian ini berhasil menggambarkan karakteristik petir tropis seperti awan
Cumulonimbus yang lebar dan tinggi yang menyebabkan banyak sambaran petir pada pesawat
komersial di wilayah tropis, serta korelasi sambaran petir pada pesawat komersial dengan
kerapatan sambaran petir di bandara. Penerbangan dari/menuju Bandara Internasional
Soekarno Hatta (CGK) paling aman dari sambaran petir pada bulan Juli dan Agustus,
sedangkan paling berbahaya pada bulan Februari dan November. Pada bandara tersebut,
sambaran petir paling banyak terjadi pukul 13.00-19.00 WIB. Selain itu, kondisi pesawat turun
merupakan fase penerbangan yang cukup rentan terhadap kerusakan akibat sambaran petir,
sehingga pesawat telah dilengkapi alat ukur medan elektrik. Untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan di wilayah tropis, diperlukan sistem deteksi awan petir dan peta kerapatan
sambaran petir sebagai dasar pembuatan rute penerbangan bebas petir dan meningkatan
kewaspadaan pilot terhadap bahaya sambaran petir pada rute penerbangan yang akan
dilaluinya. Sistem deteksi awan petir ini juga diperlukan oleh menara kontrol dalam
memberikan informasi pada para penerbang agar dapat mengambil tindakan yang diperlukan
untuk mendarat dan lepas landas dengan selamat.