Hingga awal tahun 2020, Indonesia masih menjadi salah satu negara endemik DBD
(Demam Berdarah Dengue) di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai
sumber, jumlah penderita DBD di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun yang cukup signifikan. Secara khusus, fluktuasi tersebut juga terjadi pada
jumlah kasus DBD per provinsi sehingga status KLB (Kejadian Luar Biasa)
merupakan hal yang tidak pasti. Guna meminimalisir dampak dari KLB tersebut,
beberapa pencegahan dan penanganan dapat dilakukan, salah satunya adalah
peringatan dini/EWS (Early Warning System) untuk DBD. Dalam tugas akhir ini,
salah satu alternatif model peringatan dini (EWS) untuk DBD dikonstruksi melalui
pendekatan deterministik dan statistik. Model determinitstik untuk dinamika nyamuk
ae. Aegypti dibangun dengan melibatkan faktor iklim dan spasial. Faktor iklim
yang terlibat, seperti kelembapan udara relatif, suhu dan curah hujan, berperan sebagai
peubah bebas terhadap parameter entimologis pada model nyamuk ae. Aegypti.
Sedangkan faktor spasial, yakni luas wilayah yang diteliti, menjadi peubah yang
memengaruhi kapasistas maksimum dari larva yang hidup pada wilayah tersebut.
Alternatif model EWS untuk 5 wilayah DKI Jakarta dan beberapa kab/kota di Bali
diberikan dengan mengaitkan luaran model deterministik dengan data kasus DBD
menggunakan regresi logistik dan divisualisasikan menggunakan peta choropleth.
Lebih jauh, model EWS yang dikonstruksi dapat digunakan untuk proyeksi peluang
terjadinya KLB untuk 5 wilayah DKI Jakarta dan beberapa kab/kota di Bali dengan
hanya menggunakan data iklim.