Batubara adalah salah satu bahan bakar alternatif, yang berpotensi menyediakan
sebagian besar kebutuhan energi di dalam negeri. Pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) adalah sektor yang mendominasi pemanfaatan batubara domestik.
Sulfur yang terkandung dalam batubara adalah unsur pengotor selain dari
pengotor lain seperti abu, tanah, batu, mineral, dan lain sebagainya. Pembakaran
sulfur yang tinggi pada batubara menghasilkan gas SO2, yang dapat mengganggu
manusia, seperti menyebabkan sesak pada saluran pernapasan, serta
menyebabkan hujan asam dan korosi pada peralatan pabrik. Untuk mengurangi
dampak negatif yang disebabkan oleh pembakaran batubara, berbagai upaya
telah dilakukan dengan mengurangi kadar sulfur. Pemanfaatan bakteri mixotrof
untuk proses biodesulfurisasi telah dikembangkan dan dipelajari secara luas
sebagai pengolahan alternatif untuk menghilangkan sulfur dan abu dari batubara.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi sulfur dan
abu dari batubara menggunakan berbagai jenis bakteri mixotrof dengan metode
biooksidasi dan bioflotasi. Penelitian ini menggunakan batubara dari Kalimantan
Timur Indonesia dengan kandungan total sulfur sebesar 2,56%-db dan abu
sebesar 7,21%-db.
Serangkaian percobaan biodesulfurisasi telah dilakukan, seperti optimasi
variabel biooksidasi yang meliputi ukuran partikel, jenis bakteri, dan waktu
biooksidasi serta variabel proses bioflotasi meliputi variasi pH slurry, persen
inokulum dan waktu adaptasi bakteri dengan batubara. Percobaan biooksidasi
dilakukan dalam labu Erlenmeyer yang diaduk menggunakan rotary shaker pada
kecepatan 180 rpm pada temperatur kamar, sedangkan proses bioflotasi
dilakukan menggunakan sel flotasi Denver volume 1.375 mL dengan kecepatan
putar impeller 1.150 rpm. Untuk mengetahui hasil percobaan dilakukan analisis
proksimat, kandungan sulfur dan nilai kalori yang mengacu yang pada standar
ASTM D3173 (moisture content), ASTM D3174 (abu), ASTM D3175 (volatile
matter), ASTM D3177 (sulfur total), dan ASTM D2015 (nilai kalori).
Kandungan mineral pada sampel batubara awal dianalisis menggunakan XRD
(X-ray diffraction), dan untuk mengetahui gugus fungsi atau ikatan kimia
3
dilakukan juga analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red) sebelum dan
sesudah interaksi bakteri dengan batubara.
Hasil percobaan biooksidasi menunjukkan bahwa bakteri Alicyclobacillus
ferrooxydans, Micrococcus luteus dan kultur campuran (terdiri dari A.
ferrooxydans dan M. luteus) mampu meningkatkan persen eliminasi sulfur
sebesar 59,42%-db (untuk A. ferrooxydans), 37,95%-db (untuk M. luteus) dan
24,29%-db (untuk kultur campuran). Selain itu, persen eliminasi abu juga
meningkat mencapai 41,35%-db untuk A. ferrooxydans, 66,56%-db untuk M.
luteus dan 27,07%-db untuk kultur campuran. Bakter-bakteri ini mampu
mengeliminasi sulfur dan abu pada kondisi percobaan biooksidasi optimum yaitu
20% (v/v) inokulum, ukuran partikel -35 mesh, 10% (w/v) padatan dan waktu
biooksidasi selama 30 hari. Selain itu, hasil percobaan bioflotasi menggunakan
bakteri A. ferrooxydans menunjukkan persen eliminasi sufur sebesar 29,49%-db
dan abu sebesar 34,39%-db. Proses ini berlangsung pada kondisi optimum yaitu
pH 4, 10% (v/v) inokulum bakteri dan 10% (w/v) padatan.
Dengan demikian, teknologi biodesulfurisasi menggunakan metode bioflotasi
dan biooksidasi dapat menjadi alternatif untuk mengurangi kandungan sulfur dan
abu batubara yang tinggi karena teknologinya ramah lingkungan dan tidak
mengubah sifat batubara.