Spesies salak yang paling dikenal adalah Salacca zalacca. Salak varietas ini dikenal sebagai Salak Manonjaya di daerah Tasikmalaya. Salak Manonjaya pamornya semakin menurun dibandingkan dengan jenis salak lainnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan dan akan menyebabkan hilangnya varietas ini dimasa yang akan datang. Kandungan karbohidrat pada salak mencapai 20,90% dan produktivitasnya mencapai 105.321 kwintal/tahun di Tasikmalaya, sehingga memungkinkan untuk dijadikan sumber substrat dalam proses fermentasi asam sitrat. Penggunaan salak sebagai substrat untuk produksi asam sitrat akan menjadi salah satu alternatif baru dalam pemanfaatan salak dari daerah Tasikmalaya. Aspergillus niger diketahui mampu untuk memproduksi asam sitrat dengan glukosa sebagai substrat utama. Glukosa dapat diperoleh dari hasil hidrolisis karbohidrat oleh enzim amilase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi salak dengan penambahan dedak padi untuk memproduksi asam sitrat oleh A niger dengan metode Solid State Fermentation (SFF).
Pada penelitian ini dilakukan seleksi terhadap 2 isolat A. niger yang diperoleh dari koleksi kultur laboratorium Mikrobiologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (A. nigera) dan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (A. nigerb) berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan amilase. Isolat dengan aktivitas amilase terbaik yang akan digunakan untuk fermentasi. Inokulum disiapkan dengan menentukan waktu optimum pertumbuahan sel berdasarkan biomassa/waktu menggunakan media campuran PDB dan salak (25:75 %). Fermentasi asam sitrat dilakukan selama 144 jam menggunakan substrat salak dan penambahan dedak padi sebagai sumber nitrogen dengan variasi rasio substrat berbeda berdasarkan berat kering susbtrat yaitu F1= 100:0 b/b (kontrol), F2 = 90:10 b/b, F3 = 85:15 b/b, dan F4 = 80:20 b/b. Selain optimasi kadar substrat salak dilakukan pula optimasi pH awal fermentasi dengan variasi yang berbeda yaitu pH 2.75, 3.00, 3.25, dan 4.52 sebagai kontrol. Perubahan asam sitrat, aktivitas amilase, pH, dan total asam merupakan parameter yang dianalisis untuk menentukan variasi rasio substrat dan pH optimum untuk produksi asam sitrat dari salak. Analisis asam sitrat dilakukan melalui uji kualitatif (reaksi kimia) dan kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada ?=420 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis berdasarkan metode Murray dan Denstedt. Analisis aktivitas amilase ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan mengukur absorbansi pada ?=540 nm berdasarkan metode Miller.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat A. nigerb memiliki aktivitas amilase lebih tinggi dibandingkan isolat A. nigera dengan nilai nisbah 1,65, sehingga isolat A. nigerb digunakan sebagai inokulum dalam tahapan penelitian selanjutnya. Produktivitas sel pada waktu pertumbuhan optimum memberikan hasil fermentasi yang terbaik. Hasil analisis kurva pertumbuhan A. nigerb menunjukkan laju pertumbuhan (?) sebesar 0,066/jam, waktu penggandaan (doubling time) 10,48 jam, dan umur inokulum optimum pada jam ke-42. Selanjutnya kondisi ini digunakan untuk optimasi produksi asam sitrat. Hasil optimasi variasi rasio salak dan dedak padi menunjukkan bahwa rasio F3 (85:15 b/b) menghasilkan kandungan asam sitrat paling optimum (29,44% pada jam ke-60) dan aktivitas amilase tertinggi mencapai 425,73 U/mL (jam ke-24). Hasil optimasi variasi pH awal menunjukkan bahwa asam sitrat paling optimum dihasilkan pada pH 2,75 (45,88% pada jam ke-48) dan aktivitas amilase tertinggi mencapai 432,33 U/mL (jam ke-24). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa perlakuan variasi rasio substrat dan variasi pH awal berpengaruh signifikan terhadap perolehan asam sitrat yang dihasilkan (P < 0,05), terutama pada perlakuan F3 (85:15 b/b) dan pH 2,75.