digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar belakang dan tujuan : Rute pemberian obat secara oral menjadi pilihan utama pada kebanyakan pasien. Dari semua bentuk sediaan obat dengan pemberian secara oral, tablet merupakan bentuk sediaan yang menjadi pilihan karena pemberian obat yang mudah dan lebih fleksibel pada pembuatan sediaan obat. Namun begitu seiring dengan peningkatan usia pasien terjadi perubahan variasi secara fisiologis sehingga tablet padat sulit untuk ditelan oleh pasien lansia. Tablet juga memerlukan air saat penggunaanya sehingga dalam perjalanan saat bepergian bisa sulit menggunakan obat. Maka untuk mengatasi masalah ini dilakukan pengembangan sediaan tablet cepat hancur. Metode : Pada awal penelitian dilakukan pemilihan bahan pembantu yaitu Primojel, Avicel PH 101 dan 102, Starch 1500 ® , PVP K-25, Aerosil, Manitol, Maltosa, Talk, dan Magnesium Stearat. Metode pembuatan tablet hancur cepat yang dipilih adalah metode kempa langsung dan metode granulasi basah. Sediaan tablet dilakukan evaluasi seperti berikut: uji waktu hancur, uji kekerasan tablet, dan uji friabilitas tablet. Kemudian dikembangkan sediaan untuk evaluasi rasa dari obat dimana dilakukan perubahan pada konsentrasi bahan pemanis dan pengujian rasa obat dilakukan pada manusia sebagai subyek percobaan. Terhadap sediaan tablet dan tablet inovator, Zantac ® dilakukan uji disolusi dengan menggunakan medium air dan asam hidroklorida 0,1N menggunakan uji disolusi tipe II (dayung) selama 45 menit dengan setiap pengambilan aliquot dilakukan pada menit ke 5, 10, 20, 30, dan 45, dalam medium 900 ml dengan kecepatan pengadukan 50 rpm pada suhu 37ºC. Hasil uji disolusi dianalisis menggunakan spektrofotometri UV pada panjang gelombang 313 nm dan 315 nm masing-masing pada medium HCl 0,1N dan air. Hasil : Hasil menunjukkan formulasi F5 (10% Primojel, 4% PVP K-25) yang dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah, memberikan waktu hancur yang memenuhi syarat farmakope dan persen friabilitas yang <1%. Hasil pengembangan untuk rasa tablet yaitu F6 yang menggunakan bahan pemanis dua kali lipat dari F5 dan F7 yang menggunakan bahan pemanis tiga kali lipat dari F5 menunjukkan rasa pahit yang berkurang. Hasil disolusi menunjukkan tablet yang dikembangkan mempunyai profil disolusi yang lebih besar dari obat inovator. Simpulan : Formulasi F5 merupakan formulasi yang menjadi pilihan pada evaluasi waktu hancur obat. Formulasi F7 memberikan rasa obat yang manis namun masih sedikit pahit. Berdasarkan profil disolusi menunjukkan persen obat terdisolusi tablet hancur cepat lebih besar dari obat inovator.