Di banyak negara di dunia, utamanya di negara berkembang, pemakaian obat-obatan yang tidak
rasional masih menjadi masalah yang besar, walaupun sebenarnya WHO telah gencar untuk
menggalakkan penggunaan obat yang rasional. WHO memperkirakan lebih dari 50% obat di dunia
diresepkan, diserahkan, dan dijual tidak sesuai dengan aturan. Salah satu obat yang memiliki resiko
tinggi bila digunakan secara tidak rasional yaitu antibiotik beta laktam terutama apabila digunakan
oleh pasien pediatrik. Pada pasien pediatrik atau anak-anak fungsi organ belum sempurna sehingga
dapat mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang masuk ke tubuhnya hingga pada
akhirnya akan mempengaruhi efikasi dan/ atau toksisitas obat tersebut. Saat ini pemantauan
penggunaan antibiotik golongan beta laktam pada pasien pediatrik di salah satu rumah sakit di kota
Cimahi belum dilakukan secara terus menerus. Sementara itu, evaluasi penggunaan obat sendiri
merupakan salah satu proses jaminan mutu di rumah sakit yang dapat dianggap sebagai teknik dalam
pengelolaan sistem formularium dan memiliki banyak tujuan seperti mempromosikan terapi atau
pengobatan yang optimal, mecegah masalah terkait obat, mengevaluasi keefektfan suatu pengobatan,
dan meningkatkan keamanan pasien. Untuk itu didesain penelitian untuk mengevaluasi ketepatan
penggunaan antibiotik beta laktam pada pasien anak rawat inap di rumah sakit tersebut. Penelitian
merupakan studi observasi potong lintang yang dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan
studi pendahuluan secara retrospektif (bulan Januari –Maret 2014) untuk mengetahui obat-obat yang
akan dievaluasi dan jumlah sampel yang perlu diambil. Selanjutnya dibuat kriteria penggunaan obat
(KPO) sebagai standar untuk menilai ketepatan penggunaan obat yang disusun berdasarkan pustaka
mutakhir dan berisi profil obat meliputi nama obat, bentuk sediaan, cara penggunaan, efek samping,
kontraindikasi, interaksi, perhatian, stabilitas, dan inkompatibilitas. Kemudian dilakukan evaluasi
penggunaan obat secara konkuren (bulan Januari –Maret 2015). Ketidaktepatan yang ditemukan
dikelompokkan berdasarkan PCNE classification scheme for drug-related problems (DRPs) v6.2.
Sebanyak 351 pasien diikutsertakan dalam penelitian, terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan
berusia 0 –14 tahun yang dirawat di ruang perawatan kelas 1,2, dan 3. Berdasarkan hasil penelitian,
ditemukan 458 jenis ketidaktepatan atau masalah terkait penggunaan antibiotik beta-laktam (DRP)
yang terdiri dari 22 kasus obat tidak tepat (C1.1), 127 kasus obat tanpa indikasi (C1.2), 42 kasus
ketidaktepatan kombinasi obat-obat / obat makanan (C1.4), 1 kasus terlalu banyak obat untuk satu
indikasi (C1.6), 137 kasus dosis terlalu rendah (C3.1) yang merupakan kasus dengan jumlat tertinggi,
89 kasus dosis terlalu tinggi (C3.2), 39 kasus durasi terapi kurang (C4.1), dan 1 kasus durasi terapi
lebih (C4.2). Bila dibandingkan antara jumlah ketidaktepatan yang ditemukan dengan jumlah pasien
maka potensi terjadinya DRP diperkirakan sekitar 1-2 kasus DRP per pasien.