digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Di banyak negara di dunia, utamanya di negara berkembang, pemakaian obat-obatan yang tidak rasional masih menjadi masalah yang besar, walaupun sebenarnya WHO telah gencar untuk menggalakkan penggunaan obat yang rasional. WHO memperkirakan lebih dari 50% obat di dunia diresepkan, diserahkan, dan dijual tidak sesuai dengan aturan. Salah satu obat yang memiliki resiko tinggi bila digunakan secara tidak rasional yaitu antibiotik beta laktam terutama apabila digunakan oleh pasien pediatrik. Pada pasien pediatrik atau anak-anak fungsi organ belum sempurna sehingga dapat mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik obat yang masuk ke tubuhnya hingga pada akhirnya akan mempengaruhi efikasi dan/ atau toksisitas obat tersebut. Saat ini pemantauan penggunaan antibiotik golongan beta laktam pada pasien pediatrik di salah satu rumah sakit di kota Cimahi belum dilakukan secara terus menerus. Sementara itu, evaluasi penggunaan obat sendiri merupakan salah satu proses jaminan mutu di rumah sakit yang dapat dianggap sebagai teknik dalam pengelolaan sistem formularium dan memiliki banyak tujuan seperti mempromosikan terapi atau pengobatan yang optimal, mecegah masalah terkait obat, mengevaluasi keefektfan suatu pengobatan, dan meningkatkan keamanan pasien. Untuk itu didesain penelitian untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik beta laktam pada pasien anak rawat inap di rumah sakit tersebut. Penelitian merupakan studi observasi potong lintang yang dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama dilakukan studi pendahuluan secara retrospektif (bulan Januari –Maret 2014) untuk mengetahui obat-obat yang akan dievaluasi dan jumlah sampel yang perlu diambil. Selanjutnya dibuat kriteria penggunaan obat (KPO) sebagai standar untuk menilai ketepatan penggunaan obat yang disusun berdasarkan pustaka mutakhir dan berisi profil obat meliputi nama obat, bentuk sediaan, cara penggunaan, efek samping, kontraindikasi, interaksi, perhatian, stabilitas, dan inkompatibilitas. Kemudian dilakukan evaluasi penggunaan obat secara konkuren (bulan Januari –Maret 2015). Ketidaktepatan yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan PCNE classification scheme for drug-related problems (DRPs) v6.2. Sebanyak 351 pasien diikutsertakan dalam penelitian, terdiri dari pasien laki-laki dan perempuan berusia 0 –14 tahun yang dirawat di ruang perawatan kelas 1,2, dan 3. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 458 jenis ketidaktepatan atau masalah terkait penggunaan antibiotik beta-laktam (DRP) yang terdiri dari 22 kasus obat tidak tepat (C1.1), 127 kasus obat tanpa indikasi (C1.2), 42 kasus ketidaktepatan kombinasi obat-obat / obat makanan (C1.4), 1 kasus terlalu banyak obat untuk satu indikasi (C1.6), 137 kasus dosis terlalu rendah (C3.1) yang merupakan kasus dengan jumlat tertinggi, 89 kasus dosis terlalu tinggi (C3.2), 39 kasus durasi terapi kurang (C4.1), dan 1 kasus durasi terapi lebih (C4.2). Bila dibandingkan antara jumlah ketidaktepatan yang ditemukan dengan jumlah pasien maka potensi terjadinya DRP diperkirakan sekitar 1-2 kasus DRP per pasien.