Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai oleh
hiperglikemia atau abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Alfa-amilase berperan dalam proses metabolisme karbohidrat yaitu
memecah karbohidrat rantai panjang seperti pati menjadi molekul yang lebih
sederhana. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan obat tradisional dari
tumbuhan sebagai penurun kadar gula darah. Tumbuhan yang digunakan
diantaranya, simplisia batang Tinospora crispa L. (bratawali), biji Leucaena
leucocephala (Lam.) de Wit (petai cina), Momordica charantia L. (pare), Persia
americana Mill. (alpukat), Trigonella foenoem-graecum L. (kelabet), Swietenia
mahagoni L. (mahoni), daun Andrographis paniculata (Burm.f.) (sambiloto),
Artocarpus heterophyllus L.(nangka), Azadirachta indica A. Juss (nimba), Costus
specious Smith. (pacing), Euphorbia continifolia L. (mala), Ficus religiosa L.
(bodi), Lagestroemia loudonii Teijesm. & Bin. (bungur), Physalis angulata L.
(cecendet), Pterocarpus indicus Willd. (angsana), Ruellia tuberosa L. (kencana
ungu), Smallanthus sonchifolius (yakon) Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray
(kembang bulan), herba Euphorbia hirta L. (patikan kebo), kulit buah Punica
gratum L. (delima), umbi Merremia mammosa Chois. (bidara upas). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan penghambatan aktivitas alfaamilase oleh ekstrak dua puluh satu jenis tumbuhan yang digunakan secara
tradisional sebagai penurun kadar gula darah. Sampel uji dilakukan dengan
metode seduh menggunakan air suling mendidih selama 6 menit, filtrat hasil
penyaringan digunakan sebagai sampel. Uji penghambatan aktivitas alfa-amilase
dilakukan dengan cara membandingkan kadar hasil reaksi antara enzim alfaamilase dan substrat dengan kadar hasil reaksi enzim alfa-amilase, substrat dan
ekstrak. Hasil reaksi adalah gula pereduksi yang dapat diukur dengan cara
kolorimetri setelah direaksikan dengan 3,5 asam dinitrosalisilat. Serapannya
diukur menggunakan spektrofotometer UV-sinar tampak pada panjang gelombang
540 nm. Nilai penghambatan ditetapkan dengan menggunakan nilai persen
inhibisi dan akarbose sebagai pembanding. Persen inhibisi ekstrak batang
brotowali 36,38±1,48%, biji petai cina 26,21±3,90%, pare 49,63±4,12%, alpukat
52,88±2,02%, kelabet 20,6 ±6,17%, mahoni 9,90±2,67%, daun sambiloto
49,83±1,08%, nangka 77,34±6,51%, nimba 85,38±2,75%, pacing 9,22±6,69%,
mala 74,78±4,10%, bodi 19,63±6,16%, bungur 12,07±3,47%, cecendet
43,10±1,79%, angsana 39,96±6,18%, kencana ungu 22,03±6,02%, yakon
3,22±1,44%, kembang bulan 73,60±3,97%, herba patikan kebo 45,87±8,09%,
kulit buah delima 57,62±7,24%, umbi bidara upas 40,59±6,88%, akarbose
98,72±1,30%. Ekstrak daun Azadirachta indica A. Juss (nimba) memiliki aktivitas
tertinggi dengan nilai persen inhibisi sebesar 85,38±2,75%.
Perpustakaan Digital ITB