digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Siti Mulyani
PUBLIC Open In Flipbook yana mulyana

Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia atau abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Alfa-amilase berperan dalam proses metabolisme karbohidrat yaitu memecah karbohidrat rantai panjang seperti pati menjadi molekul yang lebih sederhana. Masyarakat Indonesia banyak menggunakan obat tradisional dari tumbuhan sebagai penurun kadar gula darah. Tumbuhan yang digunakan diantaranya, simplisia batang Tinospora crispa L. (bratawali), biji Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit (petai cina), Momordica charantia L. (pare), Persia americana Mill. (alpukat), Trigonella foenoem-graecum L. (kelabet), Swietenia mahagoni L. (mahoni), daun Andrographis paniculata (Burm.f.) (sambiloto), Artocarpus heterophyllus L.(nangka), Azadirachta indica A. Juss (nimba), Costus specious Smith. (pacing), Euphorbia continifolia L. (mala), Ficus religiosa L. (bodi), Lagestroemia loudonii Teijesm. & Bin. (bungur), Physalis angulata L. (cecendet), Pterocarpus indicus Willd. (angsana), Ruellia tuberosa L. (kencana ungu), Smallanthus sonchifolius (yakon) Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray (kembang bulan), herba Euphorbia hirta L. (patikan kebo), kulit buah Punica gratum L. (delima), umbi Merremia mammosa Chois. (bidara upas). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kemampuan penghambatan aktivitas alfaamilase oleh ekstrak dua puluh satu jenis tumbuhan yang digunakan secara tradisional sebagai penurun kadar gula darah. Sampel uji dilakukan dengan metode seduh menggunakan air suling mendidih selama 6 menit, filtrat hasil penyaringan digunakan sebagai sampel. Uji penghambatan aktivitas alfa-amilase dilakukan dengan cara membandingkan kadar hasil reaksi antara enzim alfaamilase dan substrat dengan kadar hasil reaksi enzim alfa-amilase, substrat dan ekstrak. Hasil reaksi adalah gula pereduksi yang dapat diukur dengan cara kolorimetri setelah direaksikan dengan 3,5 asam dinitrosalisilat. Serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm. Nilai penghambatan ditetapkan dengan menggunakan nilai persen inhibisi dan akarbose sebagai pembanding. Persen inhibisi ekstrak batang brotowali 36,38±1,48%, biji petai cina 26,21±3,90%, pare 49,63±4,12%, alpukat 52,88±2,02%, kelabet 20,6 ±6,17%, mahoni 9,90±2,67%, daun sambiloto 49,83±1,08%, nangka 77,34±6,51%, nimba 85,38±2,75%, pacing 9,22±6,69%, mala 74,78±4,10%, bodi 19,63±6,16%, bungur 12,07±3,47%, cecendet 43,10±1,79%, angsana 39,96±6,18%, kencana ungu 22,03±6,02%, yakon 3,22±1,44%, kembang bulan 73,60±3,97%, herba patikan kebo 45,87±8,09%, kulit buah delima 57,62±7,24%, umbi bidara upas 40,59±6,88%, akarbose 98,72±1,30%. Ekstrak daun Azadirachta indica A. Juss (nimba) memiliki aktivitas tertinggi dengan nilai persen inhibisi sebesar 85,38±2,75%.