Diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan
proaktif dilaksanakan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan biaya
yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan menentukan gambaran efektivitas
terapi antidiabetes, pengendalian glukosa pada pasien Prolanis dan non Prolanis serta faktor yang
mempengaruhi frekuensi kunjungan. Penelitian mencakup analisis efektivitas terapi, serta
pengaruh Prolanis terhadap pengendalian kadar glukosa, dan analisis faktor yang mempengaruhi
frekuensi kunjungan pada kedua kelompok di Klinik Medika Antapani Bandung. Analisis efektivitas
terapi antidiabetes dan pengaruh Prolanis terhadap pengendalian kadar glukosa dilakukan secara
retrospektif melalui data glukosa postprandial dari rekam medik dibandingkan dengan target
normal, kemudian dinyatakan dalam persentase. Analisis frekuensi kunjungan dilakukan secara
konkuren menggunakan kuesioner. Penelitian analisis efektivitas terapi menunjukkan bahwa terapi
pada 22,58% pasien efektif dan 77,42% kurang efektif, tetapi terjadi penurunan persentase pada
kategori diabetes dari 51,61% menjadi 32,26%. Kadar glukosa postprandial kelompok non Prolanis
16,02% lebih baik pada pemeriksaan terakhir dibandingkan Prolanis. Penelitian ketiga menunjukkan
bahwa tidak memeriksakan glukosa darah di tempat lain berpengaruh signifikan terhadap tingginya
frekuensi kunjungan kelompok Prolanis (P=0,025) dan non Prolanis (P = 0,006). Kesimpulan
penelitian ini yaitu terapi antidiabetes pada klinik kurang efektif, kadar glukosa kelompok non
Prolanis lebih terkendali dan faktor yang mempengaruhi tingginya frekuensi kunjungan adalah tidak
memeriksakan glukosa di tempat lain.