Diabetes Melitus (DM) yang tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut
maupun kronis. Penggunaan antidiabetes golongan biguanida dan sulfonilurea banyak digunakan
dalam bentuk tunggal atau kombinasi. Di Puskesmas Garuda, obat yang paling banyak digunakan
adalah metformin, glibenklamid dan glimepirid. Dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengamati efektivitas terapi DM dan akan dibuat perencanaan konseling. Penelitian ini
merupakan studi observasional cross sectional retrospektif dan konkuren selama bulan November
2015 ?April 2017. Subjek penelitian adalah peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis). Data diperoleh berdasarkan rekam medik dan penyebaran kuesioner kepada pasien.
Data dianalisis berdasarkan pencapaian sasaran terapi pada setiap pasien dan rata-rata
penurunan glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah 2 jam post prandial (GDPP) dari
antidiabetes yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan antidiabetes dalam bentuk tunggal
atau kombinasi efektif menurunkan kadar GDP (89,19%) dan GDPP (42,43%) pada pengukuran
pertama setelah pemberian obat. Kombinasi obat metformin-glimepirid menurunkan kadar GDP
rata-rata sebesar 28,97 mg/dL dan kombinasi metformin-glibenklamid menurunkan kadar GDPP
rata-rata sebesar 59,62 mg/dL. Sebanyak 62,5% pasien tidak mencapai sasaran GDP dan GDPP.
Diamati pula faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas terapi, yaitu ketidakpatuhan
mengonsumsi obat antidiabetes. Kebutuhan konseling dianalisis berdasarkan kuesioner kepada
pasien dan wawancara kepada apoteker. Hasil penelitian menunjukkan perlu dilaksanakan
konseling dengan prioritas pasien dan informasi yang akan diberikan. Rancangan materi konseling
meliputi materi penyakit, pengaturan gaya hidup, aktivitas fisik, merokok, konseling obat,
penanganan hipoglikemia dan strategi untuk meningkatkan kepatuhan.