Minyak zaitun mengandung ikatan rangkap yang bisa teroksidasi oleh cahaya, oksigen, dan panas.
Ikatan rangkap yang sudah teroksidasi menghasilkan hidroperoksida yang kadarnya bisa ditentukan
melalui titrasi iodometri menggunakan Na2S2O3, dengan nilainya disebut bilangan oksidasi atau
peroksida. Bilangan peroksida dinyatakan sebagai jumlah miliekivalen tiap kilogram minyak yang
teroksidasi pada 5 gram sampel minyak. Reaksi oksidasi pada minyak berlangsung 2 tahap, yaitu
tahap pertama yang menghasilkan hidroperoksida, dan berlanjut ke tahap kedua yang
menghasilkan gugus karbonil alifatik. Gugus karbonil ini kadarnya bisa diukur dengan FTIR sehingga
hubungan besarnya spektra karbonil tersebut dengan bilangan peroksida yang dihitung dengan
titrasi, dapat ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah bilangan peroksida
minyak zaitun bisa ditentukan secara kuantitatif dengan FTIR menggunakan AUC dari derivat
spektrum pada bilangan gelombang 1739 cm-1. Pertama, dilakukan penentuan bilangan peroksida
minyak zaitun baku menggunakan titrasi iodometri dengan Na2S2O3, KI, dengan indikator amilum.
Selanjutnya dilakukan pengukuran minyak zaitun baku dengan konsentrasi 1 sampai 10 ppm
dengan jeda tiap 0,5 ppm dalam pelarut kloroform. Dibuat kurva kalibrasi hasil derivatisasi
spektrum minyak zaitun baku pada bilangan gelombang 1739 cm-1, kemudian ditentukan
linieritasnya. Metode kemudian divalidasi dengan parameter akurasi, presisi, linieritas, LOD dan
LOQ. Persamaan regresi yang diperoleh dan sudah tervalidasi dihubungkan dengan bilangan
peroksida yang didapatkan dengan titrasi. Hasil percobaan menunjukkan, bahwa bilangan
peroksida minyak zaitun dapat diukur secara kuantitatif dengan FTIR pada 1710-1760 cm-1dengan
puncak pada 1739 cm-1.