BAB 1 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 6 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 7 Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Daningsih Sulaeman
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Serangkaian penelitian telah dilakukan untuk menjawab permasalahan keberlangsungan
Varanus komodoensis dalam pengelolaan pariwisata di Taman Nasional Komodo, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Penentuan habitat bersarang yang sesuai untuk komodo didekati
dengan penghitungan jumlah sarang berbiak aktif yang berada pada ketinggian kurang dari
50 mdpl dan dianalisis dengan program pemetaan QGIS v2.18.15. Sarang berbiak aktif
ditentukan dengan kehadiran sisa cangkang telur dan aktivitas induk betina. Dari hasil
pengukuran lubang diperoleh diameter minimum yang dapat digunakan untuk bertelur oleh
induk adalah 55 cm. Kepadatan sarang berbiak aktif di pulau Komodo adalah 0,38
sarang/km2 dan kepadatan sarang berbiak aktif di pulau Rinca adalah 0,25 sarang/km2.
Analisis keberlangsungan hidup komodo dengan menggunakan laju reproduksi betina yang
rendah mengkoreksi status populasi komodo yang sejak tahun 1996 ditetapkan oleh IUCN
sebagai spesies berstatus rentan dengan kategori Vulnerable B1+2cde menjadi langka
dengan kategori kritis (critically endangered) A3B1+2C2a(i)E. Luas potensi kawasan yang
termasuk ke dalam habitat preferensi sarang berbiak (134,68 km2) masih jauh dari luas
minimal yang diperlukan (526,3 km2) untuk memfasilitasi populasi komodo agar bertahan
lebih dari 100 tahun ke depan. Diperoleh 29 sarang reproduksi aktif dan 119 lubang dengan
ukuran diameter dan kedalaman berbeda-beda, dengan 6 sarang aktif dan 9 lubang aktif,
kecilnya persentase lubang aktif (5%; rata-rata 4,1±1,3 lubang/kompleks sarang)
dibandingkan lubang lainnya menjadi petunjuk bahwa komodo mengalami penurunan
populasi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini telah berhasil
mengisolasi DNA genom komodo yang berasal dari chorioallantoic membrane cangkang
telur yang mana DNA genom tersebut berikutnya potensial digunakan sebagai template
untuk melakukan analisis genetik pada komodo dan spesies lainnya secara non-invasif.
Persepsi pengunjung diperoleh dengan menanyakan 32 pertanyaan kepada 201 pengunjung
menggunakan Skala Lickert dan metode MSI (Method of Successive Interval) dan
dianalisis menggunakan PCA (Principal Component Analysis) disertai analisis lebih lanjut
secara deskriptif. Enam komponen utama dari persepsi dan ekspektasi pengunjung adalah:
pengelolaan (management), kesadaran pengunjung (awarenes), atraksi keindahan bawah
laut (underwater attraction), keberadaan kehidupan liar di habitat alami (wildlife features),
atraksi keindahan daratan (terrestrial attraction) dan pengalaman di alam (nature
experience), yang mana wisatawan mengharapkan pengelolaan yang professional,
memberikan manfaat langsung bagi penduduk lokal, serta efisien dan transparan dalam
anggaran konservasi. Pengunjung akan ke TNK terutama untuk keunikan komodo dan
kembali untuk keindahan bawah laut dan aktivitas snorkelling juga menyelam. Semua
persepsi dan harapan pengunjung tersebut menunjukkan ciri destinasi ekowisata. TNK
belum dikelola dengan prinsip ekowisata berdasarkan persepsi dan ekspektasi pengunjung
sesuai juga dengan berbagai hasil evaluasi program wisata yang dilakukan oleh penelitian
lain. Disimpulkan secara umum bahwa keberlangsungan populasi komodo dan aktivitas di
TNK dapat terjadi jika dilakukan pemantauan populasi secara berkala dan akurat untuk
penentuan statusnya serta penerapan prinsip ekowisata dengan tepat.