Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kondisi kerusakan ginjal secara progresif yang ditandai dengan
penurunan laju filtrasi glomerulus <60 mL/menit/1,73 m2 dalam jangka waktu minimal 3 bulan.
Anemia merupakan penyakit komplikasi yang sering terjadi pada 80 –90% pasien PGK. Di RSUD
Cibabat, Cimahi, pada tahun 2018 - 2019 ditemukan kasus anemia pada seluruh pasien PGK yang
menjalani hemodialisis. Kondisi tersebut diterapi dengan eritropoeitin (EPO), zat besi, dan transfusi
darah. Keadaan anemia dapat menyebabkan penurunan kemampuan mobilitas dan aktivitas,
gangguan fungsi kognitif dan penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup berkorelasi positif dengan
perubahan kadar hemoglobin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ketepatan terapi
antianemia, keberhasilan terapi pengobatan, serta pengaruhnya pada peningkatan kualitas hidup
pasien di RSUD Cibabat. Penelitian ini merupakan studi analisis deskriptif dan kuantitatif
menggunakan desain potong lintang dengan metode retrospektif dan konkuren melalui data rekam
medik dan wawancara langsung pada pasien dengan kuesioner EQ-5D-3L. Analisis kualitas hidup
dilakukan dengan value set EQ-5D-3L. Sebanyak 62 responden berdasarkan metode total sampling
memenuhi kriteria inklusi selama masa penelitian pada bulan Maret-Juli 2019. Sebanyak 99,94%
pasien tepat mendapatkan terapi EPO ketika kadar Hb ?10 g/dL. Hanya 11,29% pasien yang tepat
mendapatkan terapi EPO ketika TD <180/<110 mmHg. Seluruh pasien yang berada pada fase koreksi
EPO tidak tepat mendapatkan dosis dan frekuensi EPO. Sedangkan pada fase pemeliharaan, pasien
sudah mendapatkan EPO dengan dosis yang tepat. Selama penelitian, terdapat 58,06% pasien yang
pernah menerima transfusi dengan kriteria transfusi 100% sesuai dengan guideline Pernefri 2011.
Seluruh pasien (100%) tepat mendapatkan terapi asam folat 1 mg sebagai terapi penunjang anemia.
Sebanyak 8,06% pasien yang mencapai kadar Hb > 10 g/dL. Ketercapaian target respon penggunaan
EPO yaitu kenaikan Hb sebesar 1 –2 g/dL paling banyak tercapai pada bulan November –Januari yaitu
sebanyak 29,03%. Terdapat hubungan korelasi yang lemah antara kadar Hb dengan kualitas hidup
pasien (r=0,286). Kualitas hidup tertinggi tercapai pada kadar Hb 8 –9,4 g/dL dengan rata-rata utilitas
yaitu 0,550 ± 0,38 dan EQ-VAS 57,25 ± 19,90.