digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Agara Dama Gaputra
PUBLIC Sandy Nugraha

Bengkel merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam proses konstruksi. Dari sekian banyak aktor yang terlibat dalam industri konstruksi, bengkel sebagai pemasok merupakan elemen yang tidak dapat dihilangkan, antara lain karena perannya dalam penyediaan komponen bangunan. Lebih lanjut, keberadaan bengkel juga dilihat memiliki peran dalam meningkatkan kualitas dan kecepatan pembangunan, serta menjadi solusi untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang tidak dapat dilakukan di lapangan, karena bengkel hadir dengan sistem produksi komponen prefabrikasi. Seiring dengan pertumbuhan industri konstruksi, bengkel juga berperan dalam menyimpan, mengembangkan dan menyempurnakan teknologi yang sudah ada. Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam industri konstruksi, bengkel memiliki peran yang dapat menjadi landasan untuk pengembangannya sebagai industri pengolahan yang bertugas menyediakan komponen prefabrikasi untuk proses konstruksi. Seiring dengan berkembangnya teknologi-teknologi dalam sektor konstruksi, perkembangan dari bengkel juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas industri konstruksi di Indonesia. Bengkel dalam industri konstruksi dapat berupa berbagai macam industri pengolahan, termasuk bengkel las, bengkel batu, hingga bengkel beton pracetak. Bengkel kayu, khususnya yang memproduksi komponen utama berupa kusen memiliki peran yang lebih penting dalam industri konstruksi, antara lain adalah karena setiap bangunan selalu membutuhkan komponen sistem pembentuk dinding tersebut. Meski demikian, komponen kusen kayu mulai tergantikan oleh komponen kusen dengan material alternatif, seperti aluminium, baja dan beton, meskipun kayu adalah material alami yang terbarukan dan telah digunakan dalam industri konstruksi di Indonesia sejak zaman dahulu. Oleh karenanya, bengkel kusen kayu dianggap masih memiliki potensi dan peran khusus dalam industri konstruksi di Indonesia. Meski demikian, saat ini belum diketahui dengan pasti bagaimana posisi bengkel dalam indusrtri konstruksi, sehingga diperlukan penelitian untuk memetakan peran bengkel dalam industri konstruksi dan membuka kesempatan untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian ini berfokus pada peran bengkel kusen kayu dalam industri konstruksi yang dieksplorasi melalui variabel dari latar belakang, sumber daya manusia, teknologi dan kapitalisasi, inovasi, dan sistem kerjasama bengkel dengan konsumen. Penelitian eksploratif ini dilakukan untuk mempelajari peran bengkel dengan tujuan membangun suatu hipotesis mengenai parameter evaluasi bengkel dalam industri konstruksi. Sampel dipilih untuk penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling, kemudian diperoleh 15 (lima belas) sampel bengkel kusen kayu di Bandung Raya, di antaranya tergabung dalam aglomerasi Sentra Kusen Tegallega dan sebagian lainnya merupakan bengkel kusen kayu yang pernah terlibat kerja sama dengan arsitek dan kontraktor dalam proses konstruksi. Teknik wawancara semi-terstruktur dan observasi langsung non-partisipan dilakukan untuk mengumpulkan data. Lebih lanjut, data kualitatif yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis model Miles and Huberman, yang terbagi menjadi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi metode juga dilakukan untuk memeriksa keabsahan data berdasarkan hasil wawancara, observasi dan tinjauan pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa bengkel memiliki peran yang lebih dalam pada suatu proses konstruksi, bukan hanya sekadar sebagai pemasok komponen. Lebih jauh, bengkel juga berperan dalam menghasilkan tenaga kerja produksi dengan keahlian ketukangan yang spesifik melalui proses transfer pengetahuan yang terjadi di dalam bengkel. Peran bengkel dalam industri konstruksi juga dipengaruhi oleh peralatan yang digunakannya dalam produksi komponen prefabrikasi. Peralatan dapat menentukan kecepatan produksi, jenis komponen yang diproduksi dan inovasi yang dapat diterapkan pada komponen. Lebih lanjut, ditemukan juga bahwa inovasi diterapkan antara lain dengan tujuan percepatan proses produksi dan efisiensi bahan baku. Sistem kerja sama yang terjadi antara bengkel dan konsumen juga mempengaruhi perannya dalam proses konstruksi. Bengkel dapat berperan sebagai pemasok, subkontraktor dan bahkan memiliki potensi untuk berkembang sebagai kontraktor utama. Penelitian ini juga menghasilkan metode kategorisasi bengkel berdasarkan kecanggihan teknologinya. Rekomendasi juga dihasilkan guna meningkatkan peran bengkel dalam industri konstruksi dengan memanfaatkan potensi-potensinya, antara lain melalui pembangunan atmosfir persaingan yang sehat, mendorong proses transfer pengetahuan, pembentukan lembaga formal, dan pembinaan. Terakhir, dihasilkan juga rekomendasi untuk penelitian selanjutnya berdasarkan keterbatasan penelitian ini, meliputi pemilihan instrumen, skala dan jenis sampel.