digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses fragmentasi venom menjadi venoid dengan memanfaatkan protease berupa pepsin dan tripsin dapat diadopsi untuk menurunkan toksisitas venom dari ular B. fasciatus. Hal ini ditujukan supaya tahap imunisasi kuda pada proses pembuatan antivenom ular sejalan dengan aspek-aspek etika pada prinsip animal welfare. Proses fragmentasi yang diharapkan bukan bertujuan mendapatkan fragmentasi sempurna, melainkan proses fragmentasi secara parsial. Hal ini dilakukan untuk menghindari overdigestion yang berpotensi merusak antigenic determinant pada venom ular. Penelitian mengenai fragmentasi parsial venom ular B. fasciatus dilakukan melalui analisis RSM (Response Surface Methodology) dengan metode skrining pada desain faktorial. Parameter yang terlibat dalam proses fragmentasi venom meliputi pH, konsentrasi enzim, serta waktu inkubasi. Uji ANOVA menunjukkan bahwa pada fragmentasi yang difasilitasi pepsin, faktor pH berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel respon. Sementara pada fragmentasi yang difasilitasi oleh tripsin, faktor yang berpengaruh signifikan adalah pH dan waktu inkubasi (p-value < 0,05). Kinerja masing-masing protease dalam menghasilkan venoid B. fasciatus ditinjau pula berdasarkan uji LD50 pada mencit. Hasil uji LD50 menunjukkan bahwa fragmentasi dengan pepsin tidak memberikan perubahan pada tingkat toksisitas venom ular B. fasciatus. Sementara venoid yang diperoleh melalui reaksi dengan tripsin menunjukkan adanya penurunan median dosis letal dari 0,1317 mg/kg BB hewan uji menjadi 3,2 mg/kg BB hewan uji. Secara umum, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tripsin lebih unggul dibanding pepsin untuk menghasilkan venoid B. fasciatus berdasarkan peninjauan pada aspek persentase fragmentasi dan tingkat toksisitas venoid menurun hingga 24 kali lebih rendah dibanding crude venom.