digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Muhammad Syahrul Ramadhan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Saat ini, Terapi Antiretroviral Kombinasi (cART/HAART) masih menjadi pengobatan efektif bagi penderita HIV/AIDS. Namun, munculnya kasus resistensi HIV terhadap obat antiretroviral menyebabkan pencarian kandidat obat baru terus dilakukan, salah satunya adalah dengan mengeksplorasi metabolit sekunder yang berasal dari Aktinomisetes. Dimer-Based Screening System (DBSS) menjadi salah satu metode skrining berbasis E. coli BL21 (DE3) yang dapat digunakan untuk menskrining potensi Inhibitor Protease HIV dari metabolit sekunder aktinomisetes. Namun, keberagaman sifat fisikokimia senyawa dan struktur dinding sel E. coli yang cukup kompleks menjadi salah satu keterbatasan. Penggunaan nanopartikel kitosan sebagai nanocarrier dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menyintesis, mengkarakterisasi, dan mengaplikasikan nanopartikel kitosan sebagai nanocarrier ekstrak aktinomisetes dalam membantu skrining potensi inhibitor protease HIV menggunakan metode DBSS. Nanopartikel kitosan-aktinomisetes (NPCs-Act) disintesis menggunakan metode gelasi ionik dengan konsentrasi kitosan yang telah optimasi. Karakterisasi NPCs-Act meliputi morfologi, ukuran, indeks polidispersitas (PDI), dan potensial zeta. NPCs-Act diskrining menggunakan metode DBSS untuk mengetahui potensi inhibitor HIV. Keberhasilan aplikasi nanopartikel kitosan (NPCs) sebagai nanocarrier dievaluasi dari hasil perbandingan skrining sebelum dan sesudah estrak aktinomisetes dienkapsulasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa NPCs-Act berhasil disintesis menggunakan metode gelasi ionik dan memiliki karakteristik yaitu berbentuk bulat (sferis), berukuran 110.4 nm, PDI 0.3, dan potensial zeta +29.8 mV. Aplikasi nanopartikel kitosan sebagai nanocarrier ekstrak aktinomisetes belum cukup berhasil dilakukan dalam membantu skrining potensi inhibitor protease HIV menggunakan metode DBSS, hal ini ditandai dengan nilai pendaran (Fs) yang dihasilkan masih berada di bawah baselinya.