Kota Tanjungpinang dengan permasalahan kondisi geografis keterbatasan sumber
air baku, penurunan kuantitas air baku Waduk Sungai Pulai serta jarak yang jauh
untuk mendistribusikan air dari sumber air permukaan membuat Pemerintah Kota
Tanjungpinang menggagas teknologi SWRO sebagai alternatif penyediaan air
bersih. Namun, mahalnya teknologi SWRO, dan penggunaannya yang cukup jarang
di Indonesia menjadi dasar dibutuhkannya kajian mengenai keberlanjutan teknologi
SWRO sebagai alternatif penyediaan air bersih di Kota Tanjungpinang. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji keberlanjutan teknologi SWRO di Kota
Tanjungpinang berdasarkan aspek keberlanjutan sosial dan ekonomi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, beberapa tahapan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi prasyarat teknis dan prasyarat keberlanjutan teknologi SWRO
Kota Tanjungpinang yang dilakukan dengan analisis deskriptif, mengidentifikasi
keberlanjutan sosial berdasarkan penerimaan masyarakat, kepercayaan masyarakat
terhadap kuantitas dan kualitas air dan kesediaan masyarakat untuk membayar air
dari teknologi SWRO berdasarkan data primer kuesioner, analisis cross tabulasi
dan regresi logistik biner, serta mengidentifikasi keberlanjutan ekonomi teknologi
SWRO berdasarkan biaya desalinasi yang dihitung dengan instrumen kelayakan
finansial net present value. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa SWRO
Kota Tanjungpinang sudah memenuhi prasyarat teknis sesuai kajian literatur dan
peraturan terkait, namun teknologi SWRO Kota Tanjungpinang belum
berkelanjutan dari aspek sosial maupun ekonomi karena masyarakat belum dapat
menerima teknologi SWRO yang ditunjukkan dengan kepuasan masyarakat yang
masih rendah, kepercayaan terhadap kualitas air bersih yang masih rendah, serta
belum bersedianya masyarakat untuk membayar air bersih SWRO berdasarkan tarif
yang telah ditetapkan serta nilai NPV yang negatif atau kurang dari nol yang
menunjukkan bahwa SWRO Kota Tanjungpinang belum layak untuk dilaksanakan
secara finansial.