digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari interaksi sosial dalam transmisi harga beras dengan menggunakan pendekatan retroduksi. Pertama, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengeksplorasi faktor-faktor yang menentukan dan mempengaruhi interaksi sosial dari para aktor selama proses transmisi harga. Penelitian ini menggunakan CMO sebagai pendekatan kontekstual untuk membantu dalam mengeksplorasi interaksi sosial antara aktor-aktor di perberasan; dan memahami transmisi harga antaraktor, serta apa yang membentuk hubungan saling ketergantungan di kondisi tersebut melalui studi eksploratori. Kedua, penelitian ini bertujuan menganalisis dan memahami interaksi sosial antar aktor melalui pendekatan teori strukturasi. Keterkaitan antara teori konseptual dan kondisi yang ada dipahami dengan membangun formulasi proposisi. Ketiga, penelitian ini menyajikan bukti untuk memahami interaksi sosial dan perilaku aktor selama transmisi harga. Berdasarkan kajian literatur yang sistematis, penelitian ini mengisi kesenjangan pengetahuan tentang fenomena transmisi harga dan factor-faktor yang menjelaskan transmisi harga. Fenomena aktor dalam rantai nilai beras di Indonesia menunjukkan bahwa petani mendapatkan keuntungan yang lebih sedikit daripada pedagang, walaupun telah diatur oleh peraturan pemerintah. Pengamatan empiris mengindikasikan bahwa peran aktor, yang membangun interaksi sosial, mampu menunjukkan tingkat kekuatan pasar dan bila digandengkan dengan peraturan dan intervensi pemerintah dapat menjelaskan fenomena transmisi harga. Penelitian ini mengaplikasikan pendekatan retroduksi untuk: (1) mendukung identifikasi fenomena, menyarankan mekanisme apa yang dapat digunakan dan menyediakan tautan dengan penelitian dan literatur sebelumnya, dan menyediakan data lapangan untuk dijelaskan dan dieksplorasi untuk mencari hubungan kausal di antara data-data tersebut, mengidentifikasi mekanisme, dan menawarkan data yang dikumpulkan sebagai bukti; (2) mengkonfirmasi dan menentukan apakah proposisi sesuai dengan fenomena yang ada terkait di mekanisme, keteraturan, dan pola, dan sejauh mana. Tahapan penelitian ini mengikuti logika pengujian teori melalui tahapan-tahapan untuk mengungkap sebuah bagian baru dari argumentasi teoretis yang dibuat. Dalam tahap pertama (tahap awal), fenomena yang terjadi pada fase ini diuji secara independen; kemudian hasil dari tahap pertama menjadi masukan bagi pembuatan analisis komparatif dari keseluruhan lingkup penelitian dari semua studi kasus yang dipelajari untuk mengkonfirmasi proposisi yang dibangun pada tahap ini. Unit analisis dari penelitian ini adalah interaksi sosial dalam rantai nilai beras. Pemilihan kasus didasari oleh sejumlah kriteria yang digunakan untuk memilih kasus dan menentukan jumlahnya. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, diimplementasikanlah disain kasus jamak (empat). Pemilihan wilayah didasari kelengkapan aktor-aktor beras yang beragam dalam wilayah tersebut, yang memungkinkan dilacaknya proses transmisi harga di antara mereka. Wilayah yang dipilih merupakan bagian dari penghasil beras nasional di Jawa Barat, yaitu Karawang, Purwakarta, Subang, dan Cianjur. Pemilihan informan disesuaikan dengan fenomena khusus dari penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman yang luas tentang interaksi sosial dari aktoraktor beras. Pemilihan informan didasari pengetahuan dan pengalaman mereka pada fenomena tersebut. Protokol studi kasus diaplikasikan untuk meningkatkan kehandalan dan juga pengumpulan data, penggunaan studi kualitatif dan prosedur analisis di dua tahapan penelitian ini. Penelitian ini mengungkapkan bahwa transmisi harga di antara aktor-aktor diarahkan oleh interaksi sosial yang beragam di antara aktor-aktor tersebut dan juga tergantung pada norma sosial, kekuatan, dan jejaring yang ada. Studi kasus yang jamak ini menunjukkan bahwa informasi di pasar induk didapatkan melalui kontak personal dengan pedagang besar lainnya, pedagang perantara, petani atau penyampai pesan. Sementara peran sumber informasi publik, seperti koran, radio dan layanan publik cenderung marjinal. Negosiasi menunjukkan bahwa penentuan harga dipengaruhi oleh hubungan regular, yang dibentuk oleh interaksi sosial, kekuatan dan norma-norma dari jejaring sosial di antara aktoraktor. Terdapat tiga alasan mengapa aktor berpartisipasi dalam interaksi sosial: (1) untuk mendapatkan informasi tentang kondisi terkini, jumlah yang dibutuhkan, dan harga yang ditawarkan untuk hasil panen padi melalui transaksi yang lebih dipercaya; (2) untuk terlibat dari awal supaya terbentuk rasa memiliki dan bertanggungjawab; dan (3) menapai keuntungan yang ditargetkan dalam transaksi mereka masing-masing. Penelitian ini menunjukkan, bahwa interaksi sosial harian di antara aktor-aktor, diikuti oleh aksi sosial. AST memahami bahwa interaksi aktor dapat dilihat dari interaksi tiga konsep strukturasi (struktur, sistem, dan strukturasi) dengan tiga dimensi: dominasi, signifikansi, dan legitimasi. Berdasarkan pengujian proposi, temuan dari empat studi kasus yang dilakukan adalah: (1) terdapat saling ketergantungan antara aksi aktor (manusia) dan struktur sosial (norma sosial) selama interaksi; (2) peran aktor, norma, kekuatan, dan jejaring membentuk interaksi sosial dan membentuk kembali aksi manusia dalam pola yang berulang; (3) struktur dominasi di antara aktor-aktor dalam rantai nilai beras didominasi oleh interaksi sosial selama transmisi harga; (4) komunikasi digunakan untuk pertukaran informasi tapi bukan untuk menentukan harga atau negosiasi oleh aktor dengan sumber daya rendah. Kontribusi signifikan dari penelitian ini adalah fokus terhadap aktor sebagai faktor penentu dalam analisis transmisi harga melalui interaksi sosial, yang kurang menjadi perhatian dalam penelitian-penelitian sebelumnya.