digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Jamil
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi

PLTU Indramayu memiliki area seluas + 83 Ha dengan kapasitas pembangkit sebesar 3 x 330 MW. PLTU Indramayu menggunakan batubara tipe low rank coal sebagai bahan bakarnya utamanya. Batu bara yang tersusun dari beberapa unsur seperti sulfur, oksigen, nitrogen, hidrogen, dan carbon jika dibakar akan menghasilkan senyawa kimia seperti SO2¬, NOx, dan PM. Berdasarkan estimasi konsentrasi dalam gas buang dengan debit gas buang pada ESP PLTU Indramayu adalah sebesar 1.050.822,6 Nm3/jam. Dengan menggunakan pendekatan stoikiometrik dari proses pembakaran batubara yang mengandung sulfur, maka konsentrasi SO2 di terkandung di dalam gas buang adalah sebesar 5.609,86 mg/Nm3. Konsentrasi SO2 yang diestimasi ini berada jauh di atas baku mutu yang berlaku yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 15 Tahun 2019 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dengan konsentrasi SO2 maksimal yang diharuskan adalah 550 mg/Nm3. Oleh karena itu PLTU Indramayu perlu melakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara dengan membangun sistem Flue Gas Desulfurization dengan reagen lime. Sistem Flue Gas Desulfurization (FGD) ini terdiri dari packed tower, lime silo, horizontal ball mill sebagai bagian utama, thickener dan belt filter press sebagai alat pengolah lumpur, serta overflow tank sebagai alat pembantu dalam mencukupi kebutuhan air. FGD menghasilkan akan menghasilkan lumpur sebagai produk samping yang akan diolah menjadi gypsum. Gipsum yang dihasilkan kemudian disimpan sementara untuk dijual kepada pihak ketiga.