digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK HUMAIRA KURNIA PUTRI
PUBLIC Dewi Supryati

Proyek konstruksi pengembangan fasilitas produksi migas tidak terlepas dari risiko yang tinggi seperti keterlambatan dan atau eskalasi biaya karena proyek ini sering kali dikategorikan kedalam proyek yang memiliki investasi modal yang besar, melibatkan banyak pihak kepentingan, penggunaan teknologi yang kompleks, dan dampak terhadap lingkungan dan sosial yang tinggi. Sebagai perusahaan yang memiliki paparan risiko yang cukup besar, PT X menerapkan proses manajemen risiko proyek untuk meminimalkan terjadinya risiko. Namun tidak ada jaminan bahwa manajemen risiko yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana. Salah satu cara untuk mengetahui seberapa efektif implementasi manajemen risiko yang telah dilakukan oleh tim proyek dapat dilakukan dengan mengukur tingkat kematangan manajemen risiko proyek. Pengukuran tingkat kematangan manajemen risiko proyek yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada Risk Management Capability Maturity Model (RMCMM) for Complex Product Systems Projects (CoPS) yang dikembangkan oleh Yeo & Ren (2009). Model ini mengukur tingkat kematangan berdasarkan sepuluh key capability area (KCA). Pengukuran tingkat kematangan manajemen risiko proyek dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang disebar kepada tiga belas responden yang memiliki andil dan pemahaman terkait manajemen risiko proyek pengembangan fasilitas produksi A pada PT X. Tanggapan diukur pada skala Likert lima poin dari 1 hingga 5, yaitu ad hoc (level 1), initial (level 2), defined (level 3), managed (level 4), dan optimizing (level 5). Hasil penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa key capability area budaya organisasi memperoleh nilai sebesar 3.78, koalisi pemangku kepentingan 3.74, kepemimpinan 4.02, struktur dan dukungan organisasi 4.11, identifikasi risiko 3.59, analisis risiko 3.35, mitigasi risiko 3.4, integrasi dan perbaikan proses 3.35, proses manajemen proyek 3.68, dan teknologi 3.89. Perolehan nilai untuk ke-sepuluh KCA tidak menunjukkan nilai pada tingkat yang sama. Oleh karena itu, secara keseluruhan hasil pengukuran tingkat kematangan manajemen risiko proyek A berada pada tingkat 3 (define). Tingkat tersebut mengungkapkan bahwa tim proyek telah menerapkan manajemen risiko proyek secara formal, seperti menggunakan pendekatan kualitatif namun belum dilakukan secara komperhensif yang dikombinasikan dengan pendekatan kuantitatif. Mengingat besarnya paparan risiko yang sering dihadapi oleh PT X, tim proyek perlu meningkatkan kemampuannya dalam mengelola risiko dengan mengadakan group learning, sharing, dan training untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendukung dan menciptakan budaya yang sadar akan pentingnya proses manajemen risiko proyek. Merancang project risk management policy yang menyediakan kerangka kerja yang telah disesuaikan dengan karakteristik proyek untuk mengembangkan kemampuan proses manajemen risiko proyek yang lebih komperhensif. Serta menerapkan teknologi dan mengadakan technology training untuk mendukung proses manajemen risiko proyek yang lebih canggih lagi.