Indonesia memiliki sumber daya bauksit jenis laterik yang sangat banyak dan
berpotensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan gamma alumina. Jenis mineral yang
paling banyak terkandung dalam bauksit jenis laterik ini yaitu gibbsite. Gamma
alumina dapat diproduksi dari mineral gibbsite melalui dua tahap, yaitu mengkonversi
gibbsite menjadi boehmite kemudian sintesis gamma alumina dari boehmite.
Konversi gibbsite menjadi boehmite berhasil dilakukan. Penelitian ini dilakukan
melalui metode hidrotermal menggunakan reaktor Parr. Pengaruh keasaman, kebasaan,
dan penambahan benih boehmite telah dipelajari. HNO3 digunakan sebagai media
asam dan KOH sebagai media basa. Variasi konsentrasi pada kedua media tersebut
adalah 1M, 3M, dan 5M. Penambahan benih boehmite divariasikan dari 1%, 3%, dan
5%. Temperatur reaksi divariasikan pada 160, 180, and 200? dan waktu reaksi
divariasikan selama 2 dan 5 jam. Produk boehmite dan gamma alumina dikarakterisasi
menggunakan metode XRD dan BET.
Kondisi operasi yang paling optimum dan memberikan kualitas boehmite terbaik
adalah saat menggunakan larutan HNO3 5M sebagai pelarut dengan penambahan benih
boehmite sebanyak 1%, pada temperatur operasi 180? selama 2 jam. Kristalinitas dan
ukuran kristal yang didapat saat menggunakan kondisi tersebut sebesar 60,7% dan
10,64 nm. Gamma alumina berhasil dibuat dari boehmite hasil sintesis. Luas
permukaan gamma alumina SB-09 dan SB-22 masing-masing adalah 221,74 m2/g dan
50,99 m2/g.