Pembangunan kawasan kandang komunal sapi perah di Desa Tarumajaya diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam menekan tingkat pencemaran di kawasan hulu sungai Citarum yang disebabkan oleh sektor peternakan. Berdasarkan hasil uji kualitas air sungai Citarum bagian hulu yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat setelah tiga tahun pembangunan kandang komunal, didapat total nilai akhir kualitas perairan tersebut berdasarkan metode Storet sebesar -68,286 dan menempati Kelas D (Cemar Berat). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sistem pengelolaan kandang komunal di Desa Tarumajaya, kemudian melakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam pengelolaan tersebut untuk selanjutnya membuatsebuah rancangan strategi pengelolaan kawasan kandang komunal yang berkelanjutan. Pengambilan data dilakukan melalui teknik observasi, kuesioner, serta wawancara semi terstruktur yang diperoleh melalui informan dari instansi terkait dan informan peternak. Analisis data yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif-kuantitatif untuk menggambarkan sistem pengelolaan kandang komunal, analisis sustainability SWOT (sSWOT) untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, dan Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM) untuk merancang strategi dalam pengelolaan kandang komunal. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 48% dari 81 informan peternak yang tidak menempati kandang komunal masih membuang kotoran ternaknya ke aliran sungai, sementara itu limbah ternak di kawasan kandang komunal belum tertangani secara maksimal karena terbatasnya sarana pengolahan limbah yang berada di kawasan tersebut. Secara finansial, peternak kandang komunal dengan skala usaha 4-6 ekor memliki Revenue Cost ratio (R/C ratio) sebesar 1,92 dan peternak non-komunal memiliki R/C ratio 1,74 sementara untuk skala usaha 1-3 ekor peternak kandang komunal memiliki R/C ratio 1,85 dan peternak non-komunal memiliki R/C ratio 1,60. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan stakeholder terhadap sistem pengelolaan kandang komunal, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat, penyuluh lapangan, dan peternak kandang komunal memiliki kekuatan dan kepentingan yang tinggi dalam pengelolaan kawasan kandang komunal. Berdasarkan pembobotan nilai, dihasilkan skor total Internal Factor Evaluation (IFE) sebesar 3,287 dan skor total External Factor Evaluation (EFE) sebesar 3,097 sehingga menempati kuadran satu dimana pengembangan yang dapat dilakukan perlu bersifat intensif dan integratif. Berdasarkan nilai Total Attractiveness Score (TAS), strategi yang dapat dikembangkan yaitu pembuatan peraturan baku terkait kandang komunal, pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) di kawasan kandang komunal, menjalin kerjasama dengan pihak luar, pengembangan kebun hijauan pakan ternak, dan pengembangan kawasan agrowisata peternakan sapi perah.