digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebuah negara dapat dikatakan berkembang apabila jumlah pengusaha sebanyak 4% dari total populasi. Sampai sekarang, jumlah pengusaha di Indonesia hanya mencapai 3,31% dari total populasi dan lebih dari 99% dari mereka adalah pengusaha mikro, kecil, dan menengah, sedangkan sisa nya merupakah korporasi besar. MSMEs memberikan kontribusi yang signifikan terhadapar perekenomian negara. Namun, memulai usaha merupakah proses yang sulit, terutama ketika datang kendala keuangan. Tidak hanya untuk memulai, MSMEs juga membutuhkan biaya untuk berkembang. Beberapa sumber pembiayaan tersedia untuk pendanaan pengusaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi kebanyakan dari mereka tetap memutuskan untuk menggunakan sumber pembiayaan internal untuk memulai dan menjalankan usaha mereka. Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa keadaan ini muncul karena pengaruh dari motivasi dari pengusaha, literasi keuangan, perilaku finansial, dan akses ke pembiayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada MSMEs yang menjalankan usaha di industri fesyen dan berdomosili di Jakarta dan Bandung. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Principal Component Analysis dan Ordinal Logistic Regression. Total responden dalam penelitian ini sebanyak 196 pengusaha fashion mikro, kecil, dan menengah. Berdasarkan hasil Principal Component Analysis, keempat variable terbagi menjadi tujuh variabel yang tidak berkolerasi. Menurut hasil analisis dengan Ordinal Logistic Regression, tiga dari tujuh variable mempunya pengaruh yang signifikan terhadap MSMEs dalam menentukan untuk menggunakan sumber pembiayaan internal daripada sumber pembiayaan eksternal. Ketiga faktor yang paling memengaruhi tersebut adalah tujuan pengusaha, perilaku penganggaran, dan akses ke pembiayaan. Kesimpulannya, MSMEs harus mempertimbangkan tujuan mereka, perilaku penganggaran, dan ketersediaan informasi keuangan dan rencana bisnis tertulis sebelum menentukan sumber pembiayaan untuk usaha mereka.