Sebuah negara dapat dikatakan berkembang apabila jumlah pengusaha sebanyak 4%
dari total populasi. Sampai sekarang, jumlah pengusaha di Indonesia hanya mencapai
3,31% dari total populasi dan lebih dari 99% dari mereka adalah pengusaha mikro,
kecil, dan menengah, sedangkan sisa nya merupakah korporasi besar. MSMEs
memberikan kontribusi yang signifikan terhadapar perekenomian negara. Namun,
memulai usaha merupakah proses yang sulit, terutama ketika datang kendala
keuangan. Tidak hanya untuk memulai, MSMEs juga membutuhkan biaya untuk
berkembang. Beberapa sumber pembiayaan tersedia untuk pendanaan pengusaha
mikro, kecil, dan menengah, tetapi kebanyakan dari mereka tetap memutuskan untuk
menggunakan sumber pembiayaan internal untuk memulai dan menjalankan usaha
mereka. Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa keadaan ini muncul karena
pengaruh dari motivasi dari pengusaha, literasi keuangan, perilaku finansial, dan
akses ke pembiayaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner
kepada MSMEs yang menjalankan usaha di industri fesyen dan berdomosili di
Jakarta dan Bandung. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Principal
Component Analysis dan Ordinal Logistic Regression. Total responden dalam
penelitian ini sebanyak 196 pengusaha fashion mikro, kecil, dan menengah.
Berdasarkan hasil Principal Component Analysis, keempat variable terbagi menjadi
tujuh variabel yang tidak berkolerasi. Menurut hasil analisis dengan Ordinal Logistic
Regression, tiga dari tujuh variable mempunya pengaruh yang signifikan terhadap
MSMEs dalam menentukan untuk menggunakan sumber pembiayaan internal
daripada sumber pembiayaan eksternal. Ketiga faktor yang paling memengaruhi
tersebut adalah tujuan pengusaha, perilaku penganggaran, dan akses ke pembiayaan.
Kesimpulannya, MSMEs harus mempertimbangkan tujuan mereka, perilaku
penganggaran, dan ketersediaan informasi keuangan dan rencana bisnis tertulis
sebelum menentukan sumber pembiayaan untuk usaha mereka.
Perpustakaan Digital ITB