Saat ini pesatnya pembangunan di perkotaan tidak diiringi dengan ketersediaan
lahan yang memadai. Sedangkan di beberapa lahan strategis perkotaan tersebut
ditempati oleh permukiman-permukiman padat penduduk, yang sebagian besar
memiliki infrastuktur rendah. Untuk mengatasi fenomena ini dibutuhkannya suatu
pembangunan permukiman yang dapat berintegrasi dengan pembangunan kota.
Dikebanyakan pendekatan pembangunan (redevelopment) yang telah diterapkan
di Indonesia masyarakat pemukimnya harus tergusur dari tempat tinggalnya,
sehingga mereka tidak serta menikmati hasil dari redevelopment tersebut.
Terdapat pendekatan redevelopment tanpa menggusur dan bersifat partisipatif,
yang telah banyak diterapkan di Negara Jepang. Oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah melihat bagaimana respon masyarakat terhadap prospek
RCM bila diterapkan pada permukimannya.
Data diperoleh dari dua tahap wawancara yaitu tahap pertama dilakukan secara
close-ended (kuantitatif) dengan total responden sebanyak 141 penghuni, dan
wawancara tahap kedua dilakukan secara open-ended (kualitatif) dengan total
responden sebanyak 12 penghuni. Data kuantitatif digunakan untuk memaparkan
keseluruhan persentase dari respon penghuni, sedangkan data kualitatif digunakan
untuk memaparkan alasan terkait dari respon penghuni. Hasil wawancara berupa
alasan terkait penolakan atau penerimaan penghuni, kemudian ditulis ulang ke
dalam transcript data wawancara, kemudian dilakukan content analysis untuk
menemukan kata kunci dari jawaban yang kemudian dikelompokkan menjadi
beberapa kategori dan sub kategori alasan respon (axial coding). Kelompok
kategori ini kemudian di analisis untuk melihat frekuensi atau
kecenderungan/faktor yang mempengaruhi alasan dari respon penghuni. Hasil dari
penelitian ini yaitu didapatkan tiga kelompok respon penghuni yaitu: kelompok
respon positif, kelompok respon negatif, dan kelompok respon seimbang
penghuni. Temuan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk perancangan
kembali kawasan berdasarkan dari respon masyarakat.