Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Di Indonesia, daun katuk dimanfaatkan sebagai pelancar ASI (laktagoga), pengobatan
bisul, borok, jerawat serta penurun demam. Berdasarkan penelitian, salah satu golongan senyawa
metabolit sekunder yang banyak ditemukan dalam daun katuk adalah flavonoid. Flavonoid telah
banyak digunakan sebagai bahan penelitian dibidang medis karena memiliki beragam aktivitas seperti
efek antiinflamasi, antioksidan dan antibakteri, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi,
mengkarakterisasi, dan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun katuk.
Simplisia daun katuk diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak
metanol dipantau dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan penampak bercak
spesifik sitroborat. Pemisahan klorofil dilakukan dengan penambahan air panas ke dalam ekstrak
kental metanol lalu disaring. Filtrat yang diperoleh difraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair
menggunakan pelarut dengan kepolaran bertingkat yaitu n-heksana dan etil asetat, sehingga
dihasilkan tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air. Ketiga fraksi dipantau
dengan metode KLT. Pada fraksi etil asetat terdapat sekurang-kurangnya empat bercak flavonoid dan
pada fraksi air terdapat sekurang-kurangnya satu bercak flavonoid, sedangkan pada fraksi n-heksana
tidak teramati bercak flavonoid. Selanjutnya fraksi etil asetat disubfraksinasi menggunakan metode
KLT preparatif. Subfraksi yang mengandung flavonoid dimurnikan dengan metode KLT preparatif,
kemudian diuji kemurniannya secara KLT dua dimensi dan KLT pengembangan tunggal dengan tiga
fase gerak yang berbeda. Isolat dikarakterisasi dengan KLT-spektrofotodensitometri, penampak
bercak uap amonia, dan kromatografi kertas dua dimensi. Isolat diduga merupakan senyawa flavonol
aglikon dengan gugus OH bebas pada C3.