digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2019 TA PP DAVE ELIAH FRANKLYN 1.pdf?
Terbatas Noor Pujiati.,S.Sos
» ITB

Suku Batak adalah suku ketiga terbesar di Indonesia yakni setelah suku Jawa dan suku Sunda. Meskipun demikian, 31,67% (2.681.253 jiwa) tinggal di luar provinsi Sumatera Utara sebagai minoritas di berbagai daerah. Selain itu, hampir setengah dari keseluruhan populasi tinggal di wilayah perkotaan. Akibatnya banyak yang terasimilasi dalam budaya mayoritas dan terpengaruh akan urban culture di tempat mereka tinggal. Banyak yang mulai melupakan bahasa Batak akibat merasa tidak relevan dengan kehidupan mereka di perkotaan. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk dapat menumbuhkan minat pada masyarakat Batak modern yang tinggal di perkotaan untuk belajar bahasa Batak. Media pembelajaran bahasa Batak yang ada pada saat ini hanya terbatas pada buku-buku tekstual baik dalam bentuk online maupun offline dan juga interaksi secara langsung dengan penutur bahasa Batak asli. Pembelajaran secara tekstual cenderung membuat orang-orang yang ingin belajar bosan dan tidak tertarik untuk mempelajarinya. Di sisi lain pembelajaran melalui interaksi secara langsung bisa dibilang sulit untuk dilakukan, terlebih lagi jika pelajar berada di daerah di mana suku Batak bukanlah mayoritas. Pengembangan permainan sebagai sarana alternatif diharapkan bisa memudahkan akses pembelajaran bahasa Batak dan membuat masyarakat suku Batak di perkotaan lebih tertarik dan tidak bosan untuk mempelajari kembali bahasa identitas sukunya. Dalam pembelajaran suatu bahasa, terlebih lagi bahasa daerah, bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan. Maka dari itu secara mekanik dan visual permainan ini dibuat berdasarkan filosofi serta artefak-artefak yang ada dalam adat dan budaya Batak. Unsurunsur tersebut tidak hanya memaksimalkan nilai estetika dari permainan, tetapi juga untuk meningkatkan atmosfer dan identitas suku Batak sehingga dapat dirasakan dan diingat oleh pemain. Permainan yang dirancang dalam tulisan ini bertujuan untuk menarik pemuda suku Batak yang berada di perkotaan untuk mempelajari kembali bahasa dan budayanya. Akan tetapi tidak berhenti di situ saja karena hasil rancangan permainan ini juga diharapkan dapat menjadi basis dalam pengembangan permainan bahasa daerah lainnya.