ABSTRAK Natasha Emanuella
PUBLIC Alice Diniarti
COVER Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Natasha Emanuella
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Kemasan makanan merupakan salah satu aspek yang penting di dalam industri
makanan. Bahan dasar yang paling sering digunakan adalah plastik. Plastik konvensional
dapat menyebabkan masalah penumpukan sampah plastik karena waktu degradasinya
yang sangat lama. Poliasam laktat (PLA) menjadi alternatif yang dapat dijadikan bahan
baku kemasan ramah lingkungan karena bersifat biodegradable. Namun, sifat mekanik
plastik PLA tidak cocok untuk dijadikan kemasan makanan karena rapuh dan memiliki
permeabilitas terhadap uap air yang tinggi. Kelemahan ini dapat diperbaiki dengan
membentuk polimer nanokomposit dengan menggunakan filler bentonit. Namun,
bentonit harus terlebih dahulu diaktivasi dengan menggunakan surfaktan untuk
memperbesar jarak antar layer dari bentonit.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan surfaktan terbaik yang dapat
menghasilkan jarak antar layer yang besar dan karakteristik film yang terbaik. Pada
penelitian ini digunakan 2 jenis surfaktan yaitu 1-oktadesilamin (ODA) dan trimetil
stearil ammonium klorida (TSC) dengan masing-masing konsentrasi 20 dan 40 mmol.
Pembuatan nanokomposit PLA-Bentonit diawali dengan sintesis laktida yang
kemudian dibentuk menjadi PLA menggunakan metode ring opening polymerization.
Bentonit yang sebelumnya digunakan untuk merafinasi minyak goreng diregenerasi
menggunakan NaOCl dan diaktivasi. Penambahan TSC 40 mmol menghasilkan jarak
antar layer bentonit yang terbesar yaitu 2,07 nm menurut analisis dengan XRD. Film
nanokomposit PLA-Bentonit dibentuk dengan menggunakan metode sonikasi dan tensile
strength yang tertinggi dihasilkan oleh film dengan bentonit TSC 40 melalui uji UTM.
Waktu biodegradasi tercepat dihasilkan oleh film dengan bentonite ODA 40, sedangkan
water vapour permeability terendah dihasilkan oleh film dengan TSC 40. Uji kemasan
makanan dilakukan dengan pembungkusan terhadap roti sambil melakukan pengamatan
visual serta pengukuran pengurangan Aw. Berdasarkan uji tersebut, kemasan terbaik
dihasilkan oleh TSC 40 dengan persen perubahan Aw terendah.