digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Masyarakat Nusantara merupakan masyarakat dengan latar belakang kerajaan, sehingga seluruh pola pikir, dan pola hidup masyarakat Nusantara dipengaruhi oleh pakem dan aturanaturan, norma-norma serta nilai-nilai yang diajarkan oleh civitas kerajaan secara sporadis, komporehensif dan turun-temurun. Salah-satu bentuk penyebaran ajaran-ajaran suci tersebut yakni dengan melalui pendekatan mitologi. Mitos disampaikan melalui media-media kesenian, baik seni tari, musik, sastra, atau rupa. Salah satu bentuk mitos yang diterapkan pada artefak seni rupa tradisi Nusantara adalah Paksi Naga Liman, yakni sebuah artefak Kereta Kencana yang terdapat di Keraton Kanoman Cirebon Jawa Barat. Paksi Naga Liman secara historik-diakronik merupakan simbol akulturasi dalam Kerajaan Cirebon, yakni: Paksi, merupakan pengaruh kebudayaan Islam yang dibawa oleh orang-orang Mesir. Naga, merupakan pengaruh dari Negeri Tiongkok, dan Liman, dari kebudayaan Hindu. Paksi Naga Liman, secara sinkronik juga merupakan sosok mitos yang memberikan nilai-nilai atau makna simbolik dan filosofis akan pentingnya wilayah kehidupan dalam “tiga dunia” : Dunia Atas (Paksi) yakni wilayah spiritual dan transenden, Dunia Bawah (Naga) yakni wilayah imajinatif dan bawah sadar, Dunia Tengah (Liman) yakni wilayah dunia nyata, materi atau imanen, maka Paksi Naga Liman merupakan karakter yang harus dimiliki oleh manusia seutuhnya, terutama seorang Sultan dan civitas Keraton Kanoman Cirebon seluruhnya. Nilai-nilai simbolik dan filosofis yang ada pada sosok imajinatif Paksi Naga Liman, dielaborasi dengan metode penelitian kualitatif sehingga hasilnya bisa dijadikan pedoman dalam menciptakan karya seni, konsep-konsep hibriditas dan multikulturalisme dari Paksi Naga Liman diekspresikan dalam karya seni rupa kontemporer sehingga menjadi nilai-nilai estetik dengan tanpa mengubah nilai-nilai simbolik dan filososfis sebelumnya dan dikaitkan dengan kondisi sosial saat ini, sehingga konsep visualisasi sayap yang kecil, tubuh yang gempal dan gemuk dipresentasikan hampir pada setiap karya dengan tujuan untuk merepresentasikan kondisi masyarakat sekarang yang lebih dominan diliputi oleh nafsu akan kebendaan atau materialistik, dibandingkan dengan kehidupan yang bersifat keilahian di wilayah spiritualistik, kondisi masyarakat global yang konsumtif dan materialistik ini disimbolkan dengan subject-matter Paksi Naga Liman yang divisualisasikan dengan bentuk baru, dengan didukung oleh teknik dan media yang modern. Representasi Paksi Naga Liman sebagai bentuk ekspresi akan kondisi sosial masyarakat ini diciptakan selain sebagai bentuk ekspresi juga sebagai media dalam rangka keberpihakkan terhadap kearifan lokal.