Peningkatan pergerakan antar perkotaan metropolitan Solo dan Yogyakarta salah
satunya disebabkan oleh pergerakan harian pekerja komuter. Penggunaan
kendaraan pribadi sebagai moda berkomuter menyebabkan dampak negatif berupa
polusi udara yang disebabkan oleh gas buang kendaraan dan kemacetan yang
terjadi pada titik-titik tertentu jalur lintas Solo – Yogyakarta. Kereta api komuter
Solo-Yogyakarta menjadi salah satu pilihan alternatif moda berkelanjutan dengan
konsumsi bahan bakar yang rendah yaitu sebesar 0,002 liter/km/penumpang.
Namun demikian, meskipun pemerintah telah memberlakukan kebijakankebijakan
yang mendorong peningkatan jumlah penumpang kereta api, moda ini
masih belum menjadi moda pilihan masyarakat dalam kegiatan komuter bekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pekerja komuter dalam memilih moda bekerja antara kereta api dan sepeda motor
serta memprediksikan besaran waktu dan biaya perjalanan yang dapat
mempengaruhi probabilitas komuter untuk memilih menggunakan kereta api
sebagai moda bekerja di Koridor Solo-Yogyakarta. Responden penelitian dipilih
melalui multistage sampiling dengan total responden berjumlah 138 orang.
Pemodelan probabilitas dilakukan menggunakan model logit biner untuk
memodelkan probabilitas pemilihan moda antara kereta api dan sepeda motor.
Software yang digunakan untuk estimasi parameter adalah SPSS dan NLOGIT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan moda berdasarkan analisis hubungan dengan Uji Chi Square, Uji Mann
Whitny-U, dan Regresi Logit Biner. Kedelapan faktor tersebut adalah jenis
kelamin, kepemilikan SIM, penggunaan angkutan umum ke stasiun sebagai moda
pengumpan, jadwal keberangkatan, frekuensi penggunaan moda dalam satu
minggu, jarak perjalanan dari rumah ke tempat kerja, waktu perjalanan, serta
biaya perjalanan. Komuter di Koridor Solo-Yogyakarta cenderung lebih memilih
melakukan perjalanan bekerja menggunakan sepeda motor dibandingkan dengan
kereta api. Hal ini diketahui berdasarkan hasil perhitungan nilai utilitas yang
menunjukkan bahwa rata-rata nilai utilitas penggunaan sepeda motor lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nilai utilitas penggunaan kereta api yang menyebabkan
peluang terpilihnya moda sepeda motor oleh pekerja komuter di Koridor Solo-
Yogyakarta lebih besar dibandingkan dengan kereta api (71,19% banding
ii
18,81%). Pada kondisi eksisting diketahui bahwa rata-rata waktu perjalanan dan
biaya perjalanan eksisting menggunakan kereta api masing masing adalah sebesar
63,9 menit dan Rp. 20.365,32. Berdasarkan analisis sensitivitas model dapat
diprediksi bahwa komuter akan mau menggunakan moda kereta api sebagai moda
komuter apabila waktu dan biaya perjalanan menggunakan kereta api diturunkan
masing-masing menjadi 43 menit dan Rp. 12.265,32. Sementara berdasarkan hasil
analisis willingness to pay diketahui bahwa besaran biaya perjalanan yang mau
dibayarkan oleh komuter untuk menggunakan kereta api sebagai moda
berkomuter adalah sebesar RP.14.000,00. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa terdapat kemungkinan untuk menjadikan moda kereta api sebagai moda
komuter utama pada perjalanan bekerja di Koridor Solo – Yogyakarta dengan
melakukan rekayasa terhadap pelayanan moda transportasi. Oleh karena itu, hasil
akhir penelitian ini merupakan rekomendasi strategi untuk meningkatkan
probabilitas pemilihan kereta api sebagai moda komuter yang dirumuskan
berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda komuter
pada perjalanan bekerja di Koridor Solo – Yogyakarta. Beberapa rekomendasi
strategi tersebut diantaranya adalah meningkatkan pelayanan kereta api dengan
memberikan fasilitas khusus bagi penumpang wanita dan menerapkan jadwal
keberangkatan kereta sesuai kebutuhan pengguna, meningkatkan pelayanan
angkutan umum sebagai moda pengumpan, memberikan disinsentif pada
perjalanan komuter menggunakan sepeda motor, mempersingkat total waktu
perjalanan menggunakan kereta api, serta memperkecil total biaya perjalanan
menggunakan kereta api.