digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kota Bandung merupakan salah satu destinasi perkotaan favorit wisatawan, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya, serta menjadi kota dengan tingkat kunjungan wisatawan ke akomodasi tertinggi di Jawa Barat di tahun 2017. Kondisi tersebut merupakan hal yang positif jika dilihat dari sisi pengembangan pariwisata, namun di sisi lain, hal tersebut juga dikhawatirkan dapat menyebabkan dampak negatif. Seperti fakta yang menunjukkan bahwa indeks kualitas lingkungan hidup Provinsi Jawa Barat tahun 2017 menjadi ketiga terburuk dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, yang di antaranya disebabkan oleh industri pariwisata serta limbah dari penginapan. Begitu juga permasalahan banjir yang kerap kali terjadi setiap tahunnya di antaranya dikarenakan pembangunan industri pariwisata yang kian marak di Kota Bandung. Karakteristik perkembangan perkotaan yang dinamis dan cukup pesat, serta penelitian yang menunjukkan daerah perkotaan akan menjadi tuan rumah dua pertiga dari populasi dunia (UNWTO, 2018), maka dibutuhkan pemantauan kinerja pariwisata serta inovasi terkait keberlanjutan yang bertujuan untuk menanggulangi kemungkingan perubahan-perubahan seperti perubahan lingkungan atau sosial yang terjadi di masa depan. Oleh karena itu, digunakan instrumen serta indikator untuk mengukur kinerja pariwisata perkotaan yang mengacu kepada UNWTO/WTCF City Tourism Performance Research, atau penelitian kinerja pariwisata perkotaan yang dibuat oleh organisasi pariwisata dunia World Tourism Organization (UNWTO) dan World Tourism Cities Federation (WTCF). Setelah itu secara lebih spesifik di konsep yang dikemukakan oleh Scott dan Cooper (2010) yang memungkinkan membedakan antara keberlanjutan front room (ruang depan) dan back room (ruang belakang) dalam mempertimbangkan karakteristik pariwisata perkotaan berkelanjutan atau Sustainable Urban Tourism (SUT) dan inovasi produk. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau disebut dengan metode penelitian kombinasi. Sedangkan model metode kombinasi yang digunakan adalah model Concurrent Triangulation Strategy. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam pengambilan data dari wisatawan Kota Bandung terkait dengan aspek front room menggunakan bantuan kuesioner, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan dalam memperoleh informasi dan data melalui teknik wawancara kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, dan Dinas Perhubungan Kota Bandung, serta dilakukan pula observasi dan dokumentasi guna melengkapi kebutuhan data mengenai aspek back room dalam pariwisata perkotaan berkelanjutan Kota Bandung. Sedangkan dalam perumusan strategi, digunakan metode analisis matriks SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi kemudian dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang ada. Hasil penelitian ini mengacu kepada bidang kinerja utama manajemen destinasi, perspektif sosial budaya dan perspektif lingkungan. Pada masing-masing bidang kinerja utama tersebut dideskripsikan secara detail segala temuan baik dari sisi front room dan sisi back room serta terumuskannya strategi pengembangan pariwisata perkotaan berkelanjutan berdasarkan hasil penggabungan antara temuan front room dan back room di Kota Bandung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perencana pariwisata, pemerintah, pihak swasta, dan organisasi pariwisata dalam upaya menerapkan konsep pariwisata perkotaan berkelanjutan dari sisi front room dan back room, serta strategi yang terumuskan dalam penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mendukung pengembangan Kota Bandung sebagai destinasi perkotaan berkelanjutan.