2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_1.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_2.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_3.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_4.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_5.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_6.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_BAB_7.pdf
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Lili Sawaludin Mulyadi
» Gedung UPT Perpustakaan
2019_TA_PP_MUHAMMAD_ANDIKA_FIRMANSYAH_1-_DAFTAR_PUSTAKA.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi
Air terproduksi merupakan hasil sampingan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Kuantitas timbulan air terproduksi jauh melebihi minyak dan gas yang berhasil diangkat
dari perut bumi. Air terproduksi mengandung komponen organik dan anorganik yang
dapat mencemari lingkungan. Materi organik pada air terproduksi direpresentasikan
sebagai parameter kebutuhan oksigen kimia atau COD. Nilai COD air terproduksi pada
sumur eksplorasi minyak dan gas secara global dapat mencapai 1.220 mg/L atau lebih.
Metode pengelolaan air terproduksi dapat berupa injeksi, pembuangan ke lingkungan, dan
penggunaan kembali pada kegiatan industri migas. Metode injeksi merupakah pilihan
yang relatif murah karena air terproduksi cukup dipompakan kembali ke suatu formasi di
dalam lapisan tanah. Namun, tidak semua formasi dapat menerima injeksi air terproduksi
dalam jumlah yang sangat besar. Industri migas fasilitas darat yang berlokasi pada daerah
yang tidak bisa menerima injeksi air terproduksi memiliki alternatif lain yaitu
pembuangan atau penggunaan kembali. Pembuangan air terproduksi ke lingkungan harus
memenuhi baku mutu yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor
19 Tahun 2010 dan/atau peraturan daerah setempat. Ambang batas konsentrasi COD air
terproduksi yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan yaitu 200 mg/L. Penyisihan
materi organik pada air teproduksi dapat dilakukan dengan metode fisika, kimia, dan
biologi. Sistem pengolahan biologi memiliki kelebihan yaitu relatif lebih murah dan
menghasilkan timbulan lumpur yang lebih sedikit. Perencanaan ini bertujuan mengajukan
alternatif pengolahan air terproduksi di industri migas. Data air terproduksi diperoleh dari
Lembaga Afiliasi dan Peneliti Industri Institut Teknologi Bandung. Konsentrasi COD air
terproduksi mencapai 1.456 mg/L dan ingin disisihkan sampai hanya 150 mg/L. Debit
rata-rata air terproduksi pada perencanaan ini yaitu 5.600 m3/hari dan jumlahnya relatif
stagnan selama 20 tahun periode perencanaan. Alternatif pengolahan biologi yang
diajukan yaitu lumpur aktif perpanjangan aerasi, lumpur aktif satu reaktor berurutan,
laguna aerasi aerob, dan reaktor biofilm pada media bergerak. Nilai parameter kinetika
yang menjadi dasar perencanaan yaitu laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme
maksimum (?m) 4,97 per hari, konstanta kecepatan setengah pertumbuhan spesifik (Ks)
sebesar 197 mg/L, dan koefisien kematian endogen (kd) 0,12 per hari. Perencanaan
lumpur aktif perpanjangan aerasi didahului oleh pemodelan konsentrasi biomassa (X),
rasio substrat terhadap mikroorganisme (F/M), dan umur lumpur (?c). Pemilihan alternatif
didasarkan pada aspek performa pengolahan, operasional, dan ekonomi. Sistem lumpur
aktif perpanjangan aerasi menjadi alternatif terpilih pada perencanaan ini karena memiliki
bobot nilai terbesar di antara ke-empat alternatif. Sistem ini direncanakan dalam suatu
reaktor persegi tercampur sempurna, dilengkapi kolam penjernih, kolam pengental
lumpur gravitasi, dan bak pengering lumpur. Sistem ini akan beroperasi dengan baik pada
nilai X sekitar 2.100 mg/L, rasio F/M sebesar 0,4 gCOD/gMLVSS·hari, dan ?c selama 20
hari. Lumpur aktif perpanjangan aerasi membutuhkan biaya investasi sebesar Rp
15.587.000.000 dan biaya operasional mencapai Rp 5.152.000.000 per tahun.
Perencanaan ini disertai gambar teknik alternatif terpilih.