2018_TA_PP_I_MADE_RANDHYAN_BRAHMANDITA_1-COVER.pdf
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus
2018_TA_PP_I_MADE_RANDHYAN_BRAHMANDITA_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_I_MADE_RANDHYAN_BRAHMANDITA_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_I_MADE_RANDHYAN_BRAHMANDITA_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
2018_TA_PP_I_MADE_RANDHYAN_BRAHMANDITA_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Karakteristik ionosfer yang sangat beragam menyebabkan gangguan pada gelombang elektromagnetik yang melewati lapisan tersebut seperti sinyal GPS yang berimbas pada menurunya ketelitian koordinat yang diberikan akibat efek bias pada nilai ukuran jarak dari penerima ke satelit. Efek bias bergantung pada konsentrasi elektron sepanjang lintasan sinyal GPS dan frekuensi sinyal tersebut. Kandungan elektron pada lapisan ionosfer dipengaruhi oleh aktivitas matahari, salah satunya badai geomagnetik. Oleh karena itu, pemodelan fenomena fisis ini diperlukan untuk mengetahui persebaran perubahan nilai elektron di ionosfer. Beberapa cara pengambilan data di lapisan ionosfer saat ini seperti ionosonde dan balon udara sudah tidak efektif karena biayanya yang mahal. GPS dianggap memiliki potensi besar untuk mempelajari karakteristik ionosfer karena mudah, efisien, dan ekonomis. Pemodelan badai geomagnetik dengan metode kombinasi linear bebas geometri dari data pengamatan GPS kontinyu yang tersebar di seluruh Indonesia telah dilakukan untuk mengetahui dampak badai geomagnetik St Patrick’s Day yang dikenal sebagai badai terkuat selama siklus matahari ke-24 terhadap ionosfer Indonesia. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai TEC setelah badai geomagnetik dengan intensitas tertinggi berdasarkan nilai indeks dst paling rendah, mengalami depletion(penipisan). Badai ini menyebabkan terjadinya phase shifting waktu puncak TEC harian menjadi 3 hingga 4 jam lebih awal dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Ditinjau dari efek latitudinal dan longitudinal, didapatkan bahwa badai bergerak ke arah utara-timur dengan kecepatan 4.263 ? / jam.