digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_1.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_11.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_2.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_3.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_4.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

2013_TA_PP_YUDHA_ARIA_DILAGA_CAPAH_1-BAB_5.pdf
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan


Minyak jelanta (sisa hasil penggorengan) dapat dikonversi menjadi surfaktan anionik monofungsi melalui proses sulfonasi. Konversi minyak jelantah menjadi surfaktan dapat menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan minyak jelantah, karena penggunaan surfaktan sangat luas. Sumber minyak jelantah mempunyai bilangan asam sebesar 0,2 setelah dianalisis dengan metode American Oil Chemist Society (AOCS) Cd 3a-63. Sebelum diubah menjadi surfaktan, minyak jelantah dikonversi menjadi senyawa metil ester melalui reaksi transesterifikasi pada suhu 60 ºC selama 35 menit, dengan molar metanol/minyak jelantah = 5.42/1 dan KOH 5% w/w digunakan sebagai katalis basa. Proses sulfonasi senyawa metil ester dilakukan menggunakan asetil sulfat sebagai reagen sulfonasi dan diklorometan sebagai pelarut. Variasi waktu sulfonasi selama 30, 60, dan 120 menit digunakan untuk surfaktan yang megandung garam kalium, sedangkan selama 30 dan 60 menit untuk surfaktan yang mengandung garam natrium. Surfaktan hasil sintesis dapat menurunkan tegangan antarmuka air dan n-heptana dari 50,6 menjadi 5,6 mN/m dan sudut kontak antara air dan polimetil metakrilat (PMMA) dari 70.9 menjadi 34 º.