digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2018 TS PP WISNU PRIYO SAMBODO 1-ABSTRAK.pdf
PUBLIC Roosalina Vanina Viyazza

Pengetahuan tentang best practices atau problem-solving yang diperoleh pegawai adalah sumber daya yang sangat penting dalam suatu organisasi. Namun, sebagian besar dokumen-dokumen ini disimpan di berbagai tempat penyimpanan dokumen. Pengetahuan yang dibuat, disimpan, dan tersebar seringkali tidak terintegrasi dan berkelanjutan. Kurangnya aturan organisasi dan mekanisme untuk mengelola pengetahuan membuat pegawai tidak memiliki standar tentang informasi dan pengetahuan yang mereka miliki, simpan dan distribusikan. Berdasarkan cetak biru IT, proyek pengembangan manajemen pengetahuan direncanakan akan dimulai pada tahun 2018 dan diharapkan akan selesai pada akhir 2018. Namun, tidak tersedianya road map untuk rencana implementasi KM telah mengakibatkan organisasi kurang memiliki pedoman untuk menyusun strategi, merancang , mengembangkan dan menerapkan inisiatif KM. Knowledge Management (KM) adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat bagi organisasi. BPH Migas sebagai regulator yang menghasilkan peraturan yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan harus memaksimalkan kemampuannya untuk secara efektif memanfaatkan sumber daya pengetahuannya agar dapat membuat keputusan dengan cepat dan efektif. Menerapkan pengetahuan yang tepat dapat membantu BPH Migas menjadi lebih produktif, inovatif, efisien dan lebih dapat beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang selalu berubah. Implementasi KM dipengaruhi oleh critical factors. Mengidentifikasi critical factors akan memfasilitasi dan menyederhanakan pemantauan untuk fokus pada beberapa bidang utama yang dianggap penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan KM, menentukan kondisi situasi saat ini dalam hal KM dan menggunakan faktor-faktor yang diidentifikasi tersebut untuk meningkatkan rencana implementasi manajemen pengetahuan di BPH Migas. Peneliti menggunakan kerangka General Knowledge Management Maturity Model (G-KMMM) sebagai model untuk mengukur tingkat kematangan manajemen pengetahuan, yang terdiri dari 3 (tiga) kategori pengukuran yaitu orang, proses dan teknologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kematangan BPH Migas berada pada Defined level. Artinya, BPH Migas memiliki infrastruktur dasar untuk mendukung implementasi KM dan menjalankan KM sebagai bagian dari kegiatannya.