Pemetaan geologi pada skala 1:25.000 dilakukan pada daerah yang terletak
di daerah sekitar Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, pada
sistem koordinat 6o46’12,209” LS – 6o49’58,45” LS dan 107o23’7,098” BT –
107o27’3,168” BT. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tatanan geologi serta
mempelajari dan menganalisis kondisi hidrogeologi yang berkaitan dengan proses
infiltrasi di daerah penelitian. Studi infiltrasi ini untuk mengetahui laju infiltrasi
akhir berdasarkan pengaruh litologi dan kemiringan lereng. Pengukuran infiltrasi
menggunakan alat berupa infiltrometer tunggal.
Daerah penelitian terbagi menjadi empat satuan geomorfologi yaitu Satuan
Perbukitan Karst Citatah, Satuan Perbukitan Aliran Piroklastik Sasaksaat, Satuan
Perbukitan Lipatan Cipatat, dan Satuan Perbukitan Lipatan Cimangsud. Satuan
batuan daerah penelitian terbagi menjadi delapan satuan tidak resmi dari tua ke
muda terdiri dari Satuan Batulempung (Oligosen Akhir), diatasnya ditindih secara
selaras oleh Satuan Batugamping (Oligosen akhir – Miosen Awal), diatasnya
diendapkan secara selaras Satuan Batupasir-Batulempung 1 (Miosen Awal),
diatasnya diendapkan secara selaras Satuan Breksi (Miosen Tengah – Miosen
Akhir), diatasnya diendapkan secara selaras Satuan Batupasir-Batulempung 2
(Miosen Akhir). Lalu diendapkan secara tidak selaras Satuan Breksi Vulkanik
(Plistosen Akhir) dan ditindih secara selaras oleh Satuan Tuf-Lapili (Plistosen
Akhir) sebagai hasil aktivitas vulkanik yang terjadi pada kala itu. Endapan Aluvial
berumur Resen diendapkan secara tidak selaras di atas semua satuan yang
tersingkap. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sesar
berarah timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara serta lipatan berarah timurbarat.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan diindikasikan bahwa laju
infiltrasi akhir berbanding lurus terhadap kemiringan lereng. Satuan batuan yang
memiliki laju infiltrasi paling besar adalah Satuan Breksi Vulkanik dan Tuf-lapili
(pada tanah pelapukan batuan) dan laju infiltrasi terendah adalah Satuan
Batugamping dan Batulempung (pada tanah pelapukan batuan). Perbedaan
kecepatan laju infiltrasi diperkirakan disebabkan oleh faktor keseragaman butir,
porositas,dan permeabilitas yang berbeda pada setiap tanah pelapukan suatu batuan.