Klinik Sehat Cikampek (KSC) adalah klinik pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang bertujuan menjadi klinik dengan pelayanan prima. Untuk mencapai tujuan tersebut manajemen KSC berusaha menerapkan sistem manajemen persediaan sesuai standar yang berlaku. Pada pengolahan data obat September 2015-Agustus 2016 dengan model EOQ didapatkan excess stock senilai Rp 72.522.052.
Berdasarkan analisis bisnis situasi ditemukan ketidakdisiplinan staf unit depot obat dalam penghitungan permintaan, input data dan penyimpanan obat. KSC belum memiliki system teknologi informasi dan cara penghitungan permintaan obat yang baku. Penyebab permasalahan kemudian dituangkan kedalam Current Reality Tree (CRT). Berdasarkan CRT, akar masalah untuk stok berlebih adalah ketidakdisiplinan pegawai, sistem IT belum terpenuhi, keinginan untuk memenuhi semua permintaan dan metoda baku dalam penghitungan permintaan belum terpenuhi. Hal tersebut menggambarkan buruknya sistem managemen persediaan. Penelitian ini bertujuan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini menggunakan metoda Value-Focused Thinking (VFT) untuk mengidentifikasikan alternatif solusi dan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk memilih alternatif solusi terbaik. Hasil dari VFT menunjukkan dari sisi prosesada 2 pilihan yaitu penerapan model EOQatau POQ. Dari sisi teknologi ada 2 alternatif yaitu mengembangkan sistem IT sendiri atau membeli dari vendor. Dari sisi sumberdaya manusia ada 2 alternatif yaitu melatih pegawai yang ada atau merekrut pegawai yang terlatih.Hasil penelitian untuk penerapan proses yaitu penerapan model EOQ. Hasil penelitian dengan menggunakan metoda AHP untuk teknologi adalah 0,178772 untuk “mengembangkan sistem IT sendiri dan 0,821237 untuk membeli program dari vendor. Sumberdaya manusia, 0.772539 untuk melatih pegawai yang ada dan 0,227461 untuk merekrut pegawai terlatih. Dengan demikian dari sisi teknologi, membeli sistem IT dari vendor jadi pilihan. Dari sisi sumberdaya manusia, pilihannya adalah melatih pegawai yang ada.
Penelitian ini merekomendasikan tiga jenis solusi yaitu pada proses pengadaan obat menggunakan model EOQ, pada teknologi menyarankan penggunaan system informasi yang dibeli dari vendor dan pada unsur manusianya menyarankan pelatihan sistem manajemen persediaan untuk karyawan yang ada. Biaya yang diperlukan untuk membangun sistem IT berkisar Rp 50 juta.