Dilakukan penyelidikan geofisika untuk mempelajari kondisi hidrogeologi pada daerah resapan untuk sistem hidrologi cekungan Bandung. Lokasi penelitian berada di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat yang secara geologi terdiri dari batuan vulkanik tua dan muda. Metode geofisika yang berbasis resistivitas digunakan karena sensitif terhadap keberadaan air didalam formasi batuan, yaitu metode Transient Elektromagnetik dan Geolistrik 2D (Electrical Resistivity Tomography). Pengukuran TEM digunakan menggunakan konfigurasi transmiter grounded wire dengan panjang transmitter 470 meter, arus 13 A dan periode 40 detik. Pengukuran ERT menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan spasi antar elektroda 10 meter dan bentangan maksimum 560 m. Area pengukuran berada didaerah pemukiman sehingga sangat dekat dengan sumber noise elektromagnetik buatan mencakup kabel PLN serta pemancar radio dan seluler. Oleh karena itu noise periodik yang terekam sangat tinggi, dimana amplitudo noise utama yaitu pada frekuensi 50 Hz lebih tinggi daripada sinyal transient pada early time. Hal ini menimbulkan tantangan dimana diperlukan suatu teknik yang mampu mereduksi noise dan merekonstruksi data transient sehingga dapat diinversi dan dihasilkan model bawah permukaan. Berdasarkan hasil inversi smoothness constrained TEM diperoleh 2 zona resistivitas rendah. Zona yang pertama berada pada kedalaman sekitar 10-70 meter yang juga dikonfirmasi oleh hasil ERT dan diinterpretasi sebagai akifer dangkal bebas. Zona resistivitas rendah kedua berada dikedalaman sekitar 300-450 meter dan diduga berupa hasil gunung api tua tak teruraikan yang terisi air berkaitan dengan keberadaan sesar disebelah timur area penelitian.