digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Air merupakan faktor penting didalam ekosistem gambut. Lahan gambut yang mengalami kekeringan akan menjadi sangat rentan terhadap kebakaran. Perubahan kuantitas simpanan air dalam gambut menjadi komponen yang sangat sensitif terhadap kebakaran lahan gambut, sehingga pengelolaan air didalam gambut merupakan hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan simpanan air dan estimasi potensi terjadinya kebakaran pada hutan lindung gambut dan lahan gambut yang telah terkonversi menjadi perkebunan kelapa sawit pada Desa Sinarwajo, Jambi. Pengambilan data klimatologi bulanan (curah hujan, temperatur udara, kelembapan relatif dan radiasi matahari) diambil dari Stasiun Muara Bulian dan Pelabuhan Dagang di Jambi selama periode 2006 – 2016. Nilai curah hujan digunakan sebagai air masukan sedangkan nilai evapotranspirasi dan limpasan permukaan sebagai air keluaran dalam perhitungan umum neraca air. Metode perhitungan neraca air yang digunakan adalah metode Thorthwaite-Mather dan penggunaan koefisien evapotranspirasi dan runoff dari hasil studi literatur hidrologi di kawasan hutan rawa gambut tropis. Curah hujan pada kedua jenis tutupan lahan adalah 1596,9 mm/tahun. Hasil penelitian menunjukkan nilai estimasi evapotranspirasi potensial total selama satu tahun pada hutan lindung dan perkebunan kelapa sawit secara berurutan adalah 528,5 mm dan 634,2 mm, sedangkan estimasi limpasan permukaannya adalah 447,1 mm dan 990,1 mm. Hutan lindung diestimasi tidak mengalami defisit pada keseluruhan bulannya, namun perkebunan kelapa sawit mengalami defisit air pada bulan Juli sampai Desember dengan total estimasi defisit sebesar 169 mm. Estimasi potensi terjadinya kebakaran di lahan hutan lindung adalah bulan Juni sampai Juli sedangkan pada perkebunan sawit adalah pada bulan September sampai dengan Oktober.