digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Probable Maximum Flood (PMF) digunakan untuk memastikan keamanan dan keandalan maksimum dalam desain bangunan hidraulik seperti waduk dan dam. Nilai PMF dapat diperoleh melalui nilai Probable Maximum Precipitation (PMP), yaitu curah hujan maksimum yang mungkin terjadi pada suatu wilayah dalam waktu tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai PMP dan PMF di wilayah DAS Citarum Hulu serta mengetahui pengaruh perbedaan PMP secara spasial dan durasi terhadap debit PMF melalui penerapan dua skenario. PMP diperoleh dengan menggunakan data curah hujan Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP) yang memiliki resolusi temporal 1 jam. Data curah hujan yang digunakan terlebih dahulu dikoreksi dengan koreksi bias dan diperoleh hasil bahwa koreksi bias mampu mengubah distribusi data curah hujan GSMaP lebih mendekati data observasi. Selanjutnya, nilai PMP akan diperoleh dengan metode statistik Hershfield, dan nilai PMF diperoleh dengan menggunakan PMP sebagai nilai masukan pada model hidrologi Gridded Surface Subsurface Hydrologic Analysis (GSSHA). Secara spasial nilai PMP terbesar terdapat di wilayah Cimahi dan Soreang yaitu mencapai 100-150 mm untuk durasi 6 hingga 12 jam, wilayah Cimahi dan Bandung mencapai 250 mm untuk durasi 24 jam. Simulasi model GSSHA dengan skenario A adalah nilai PMP diperoleh pada masing-masing grid data dan skenario B adalah nilai PMP diperoleh malalui curah hujan wilayah DAS Citarum Hulu. Respon DAS Citarum Hulu yang menunjukkan kesamaan terhadap kedua skenario menunjukkan bahwa baik skenario A maupun B dapat digunakan untuk menghitung debit PMF dengan durasi PMP lebih besar atau sama dengan 72 jam. Skenario A menghasilkan debit puncak PMF 13,12% lebih besar dibandingkan dengan skenario B. Persamaan dan perbedaan tersebut dipengaruhi oleh intensitas PMP serta waktu konsentrasi yang dimiliki oleh DAS Citarum Hulu.