digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Salsabila Zel Aliefya
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Kejadian banjir bandang yang terjadi secara tiba-tiba menyebabkan banyak kerugian. Banjir bandang biasanya terjadi di daerah tangkapan air yang cenderung kecil dengan luas kurang dari 1000 km2 yang disebabkan oleh curah hujan ekstrem. Namun, dalam pengamatan dan pemantauan banjir bandang membutuhkan banyak aspek, karena adanya keterbatasan spasial, tidak ada stasiun pengamatan meteorologi yang berada di sekitar nya. Oleh karena itu diperlukan alternatif lain untuk mengetahui satelit terbaik yang dapat mengidentifikasi curah hujan pada saat kejadian banjir bandang, serta mengetahui informasi/karakteristik penting dari data satelit yang berkaitan dengan banjir bandang. Pada penelitian ini akan digunakan data Global Precipitation Measurement (GPM), Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP), dan beberapa data stasiun pengamatan. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode distribusi gumbel untuk mencari nilai periode ulang dan rasio perbandingannya dengan curah hujan 1 harian, 2 harian, 5 harian, dan 10 harian. Data GPM dan GSMaP akan diuji validitasnya menggunakan data stasiun pengamatan melalui hasil perbandingan nilai rasio curah hujannya. Hasil dari perhitungan perbandingan rasio nilai periode ulang dengan nilai curah hujan masing-masing satelit adalah GPM dapat menunjukkan kejadian dengan kategori hujan lebat lebih banyak pada curah hujan 1 harian, 2 harian, 5 harian, dan 10 harian dibandingkan dengan GSMaP. Selain itu, kejadian ekstrem saat terjadinya banjir bandang yang teridentifikasi oleh GPM lebih banyak pada durasi waktu yang lebih panjang. Dapat dilihat pada hasil jumlah kejadian hujan 10 harian, satelit dapat menunjukkan jumlah yang lebih banyak pada kategori hujan lebat.