Kebutuhan bahan bakar energi fosil di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan bertambahnya jumlah produksi minyak bumi. Tetapi di sisi lain produksi gas bumi lebih besar daripada produksi minyak pada beberapa tahun belakangan ini, sehingga Indonesia masih memiliki potensi gas bumi yang besar untuk meningkatkan cadangan gas nasional. Salah satu cara untuk menambah cadangan gas di Indonesia adalah melalui eksplorasi energi unconventional, seperti gas serpih.
Dalam proses eksplorasi gas serpih, aspek geologi mengenai distribusi, pengendapan, dan karakteristik serpih menjadi salah satu permasalahan yang perlu dikaji di daerah penelitian yang terletak di Gunung Walat dan sekitarnya, Sukabumi, Jawa Barat. Di daerah penelitian tersebut terdapat endapan serpih dari Formasi Bayah yang tersingkap cukup luas. Oleh karena itu, untuk mengetahui karakterisasi singkapan serpih Formasi Bayah dalam kaitannya sebagai reservoir gas serpih, perlu dilakukan beberapa tahapan analisis antara lain pengukuran penampang stratigrafi (PPS), fosil, mineralogi, dan geokimia. Pada proses PPS diperoleh kolom dan korelasi stratigrafi. Analisis fosil dengan menggunakan palinologi. Analisis mineralogi antara lain petrografi, X-Ray Powder Diffraction (XRD), dan Scanning Electron Microscopy+Energy Dispersive X-Ray (SEM+EDX). Analisis geokimia meliputi total karbon organik (TOC), pirolisis, dan pantulan vitrinit (Ro).
Berdasarkan hasil analisis stratigrafi di daerah penelitian diketahui bahwa Formasi Bayah diendapkan pada lingkungan deltaik bagian bawah dan berubah berangsur menjadi endapan sungai bermeander pada bagian tengah, dan pada bagian atas cenderung menjadi endapan sungai teranyam. Interval serpih yang relatif tebal yang tersingkap pada Formasi Bayah merupakan endapan dataran banjir dan dataran delta dengan ketebalan bervariasi dari 1 - 30 meter. Hasil stratigrafi tersebut diperkuat dari analisis fosil yang diketahui berdasarkan temuan polen dan spora dari seluruh sampel, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapannya berada di air tawar (freshwater). Kemudian dari hasil mineralogi memberikan informasi indeks kegetasan batuan bahwa serpih Formasi Bayah secara umum dapat dikategorikan sebagai kurang getas - getas (0,320 - 0,694) dan hanya sedikit yang tergolong kurang elastis (0,194 - 0,224), sehingga ini dapat memberikan indikasi bahwa serpih di Formasi Bayah cukup baik untuk dilakukan perekahan hidraulik. Selain itu pada beberapa sampel serpih di daerah penelitian ditemukan banyak pori di dalam material organik (organic matter pore) dan mikropori akibat proses pelarutan, yang mana jumlah kandungan gas yang signifikan pada gas serpih adalah yang terserap di dalam material organik dan matriks nonorganik. Berdasarkan analisis geokimia menunjukkan bahwa serpih Formasi Bayah di daerah penelitian memiliki kekayaan material organik yang bervariasi cukup – luar biasa (0,69% - 8,44 %). Pada sampel yang memiliki TOC di atas 1% dilakukan analisis pirolisis. Dari analisis tersebut diketahui bahwa secara umum serpih termasuk tipe kerogen III (gas) dan sebagian kecil tipe kerogen IV (inert). Berdasarkan nilai Ro, kematangan serpih berada pada tingkat belum matang - matang (0,422% - 0,910%), namun berdasarkan nilai Tmax, kematangan serpih berada pada tingkat belum matang - lewat matang (429,200C - 498,800C).
Oleh karena itu berdasarkan integrasi hasil analisis geokimia, stratigrafi, dan mineralogi maka karakteristik serpih Formasi Bayah sebagai reservoir gas serpih di Gunung Walat dan sekitarnya potensi gas serpih yang baik, sehingga dapat dieksplorasi lebih lanjut.
Perpustakaan Digital ITB