digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Cekungan Tomori yang berbatasan dengan Cekungan Banggai memiliki potensi yang cukup menarik untuk diteliti lebih lanjut. Pada beberapa titik pengeboran di utara dan timur laut wilayah ini (Lapangan Tomori), beberapa terbukti mengandung minyak dan gas dengan sumber hidrokarbon yang beragam. Oleh karena itu mengidentifikasi karakteristik hidrokarbon dan batuan induk pada cekungan ini sangat menarik untuk dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis geokimia dan analisis biostratigrafi. Evaluasi batuan induk pada studi ini berasal dari beberapa sampel permukaan berupa sampel rembesan minyak 16 LS 10, 16 KW 08 dan batuan dari Formasi Matano dan Formasi Tokala. Identifikasi karakteristik hidrokarbon (rembesan minyak) dan batuan induk ditentukan dari beberapa analisis yaitu analisis kandungan material organik, pirolisis Rock-Eval, Kromatografi Gas (GC), Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS), dan analisis biostratigrafi. Rangkaian analisis tersebut digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik batuan induk dan hidrokarbon meliputi kematangan, asal material, tingkat keoksikan dan lingkungan pengendapan serta melakukan korelasi antara hidrokarbon (rembesan minyak) dan ekstrak batuan dari setiap formasi batuan yang dijumpai pada penelitian ini. Dari analisis tersebut diperoleh hasil bahwa Formasi Matano memiliki nilai TOC cukup (0,61%) dan memiliki kerogen tipe II-III. Formasi Tokala memiliki nilai TOC cukup sampai baik (0,52-1,24%), tersusun oleh kerogen tipe II-III. Data triterpana berdasarkan rasio hopana ββ, rasio 22S/(22S+22R) C31 dan C30 hopana/C30 moretana serta rasio 20S/(20S+20R) C29 dan αββ/(ααα+αββ) C29 sterana, menunjukkan tingkat kematangan pada ekstrak batuan Formasi Matano yang telah mencapai kematangan awal matang-matang. Demikian pula dengan Formasi Tokala, kedua sampel rembesan minyak 16 LS 10 dan 16 KW 08 juga menunjukkan tingkat kematangan awal matang sampai matang. Rasio pristana/fitana menunjukkan sampel ekstrak batuan Formasi Matano dan Formasi Tokala terbentuk pada lingkungan yang sangat tidak oksik (highly anoxic), sedangkan sampel rembesan minyak 16 KW 08 terbentuk pada lingkungan yang tidak oksik (anoxic). Pola lingkungan pengendapan ditunjukkan pada perbandingan antara C19 dan C25 trisiklik terpana berupa kecenderungan ekstrak batuan Formasi Matano serta kedua sampel minyak 16 LS 10 dan 16 KW 08 menunjukkan pola lingkungan pengendapan yang sama yaitu campuran dari lingkungan darat dan lingkungan laut, sedangkan sampel ektstrak batuan Formasi Tokala cenderung memiliki pola yang berbeda yang menunjukkan pola lingkungan pengendapan laut. Kehadiran oleanana pada sampel ekstrak batuan Formasi Matano dan pada kedua sampel rembesan minyak 16 LS 10 dan 16 KW 08 mengindikasikan adanya konsentrasi dari komponen material tumbuhan tinggi yang menunjukkan bahwa kedua rembesan minyak dan ekstrak batuan Formasi Matano masih terpengaruh oleh material-material dari lingkungan darat. Rasio C27, C28, dan C29 sterana menunjukkan ekstrak batuan dari Formasi Matano dan kedua sampel rembesan minyak 16 LS 10 dan 16 KW 08 cenderung berasal dari lingkungan pengendapan yang sama yaitu lingkungan transisi/estuarin, sedangkan ekstrak batuan Formasi Tokala berasal dari lingkungan pengendapan laut. Analisis biostratigrafi menunjukkan konsentrasi palinomorf laut berupa Dinoflagellata cyst. dan Foraminifera test lining mengindikasikan lingkungan pengendapan yang relatif ke arah laut. Kehadiran Classopolis sp. yang berumur Trias Akhir-Jura dan Neoraistrickia sp. yang berumur Trias Akhir pada sampel Formasi Tokala yang menunjukkan bahwa sampel ekstrak batuan Formasi Tokala berumur Trias Akhir-Jura.