COVER Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Larasati Citra Sunaringati
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Rita Nurainni, S.I.Pus
» Gedung UPT Perpustakaan
Studi mengenai hidrodinamika 2D pada daerah mangrove di Segara Anakan dilakukan dengan
menggunakan Delft3D-Flow. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan
mangrove terhadap hidrodinamika, khususnya dinamika pasang surut di Segara Anakan. Hasil
verifikasi elevasi pasang surut di Klaces dan Seleko terhadap data observasi menunjukkan
RMSE sebesar 0,138 dan 0,148, sedangkan verifikasi peta corange dan cophase untuk
komponen M2 dari hasil studi saat ini dengan hasil studi yang dilakukan oleh Holtermann dan
Burchard (2007) diperoleh nilai amplitudo maksimal sebesar 0,5 m dan nilai keterlambatan
fase maksimal sebesar 100o. Pengaruh kerapatan mangrove terhadap dinamika pasang surut
dapat diketahui dengan menjalankan simulasi untuk Skenario 1 (menggunakan nilai Chezy
sebesar 50 m1/2/s seragam di seluruh area) dan 2 (menggunakan nilai Manning sebesar 0,14 m
1/3/s pada Zona 1, 0,28 m-1/3/s pada Zona 2, dan 0,27 m-1/3/s pada Zona 3). Hasil simulasi
Skenario 1 dan 2 menunjukkan bahwa amplitudo komponen pasang surut M2, S2, K1, dan O1
semakin mengecil dari Plawang Barat dan Plawangan Timur menuju ke bagian tengah Laguna
Segara Anakan sedangkan keterlambatan fase masing-masing komponen tersebut semakin
membesar ke bagian tengah Laguna Segara Anakan. Amplitudo hasil Skenario 2 untuk masing
masing komponen, mengalami peredaman dari Plawangan Barat dan Timur ke tengah laguna
yang lebih besar dari pada Skenario 1 karena nilai gesekan dasar untuk Skenario 2 lebih besar
dari pada Skenario 1. Selain itu, keterlambatan fase masing-masing komponen pada Skenario
2 juga lebih besar dari pada Skenario 1. Fenomena ini menujukkan bahwa kerapatan mangrove
lebih berpengaruh dalam meredam nilai amplitudo dan memperbesar keterlambatan fase
komponen M2, S2, K1, dan O1 di Segara Anakan dari pada faktor kedalaman.
Perpustakaan Digital ITB