Kekeringan merupakan bencana keempat terbesar di Indonesia hingga pada tahun 2016 dan frekuensi kejadian kekeringan diprediksi akan terus meningkat akibat adanya perubahan dan variabilitas iklim di dunia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variasi tingkat bahaya kekeringan di Indonesia secara historis dan perubahan risiko kekeringan berdasarkan bahaya dan kerentanan kekeringan. Standarized Precipitation Index (SPI) dihitung dengan menggunakan data curah hujan klimatologi Global Precipitation Climate Center (GPCC) bulanan selama 40 tahun (1971 – 2010) untuk memperoleh nilai indeks bahaya kekeringan/ Drought Hazard Index (DHI) dan dipetakan menjadi peta bahaya kekeringan di wilayah Indonesia. Analisis risiko dengan dengan membuat peta risiko didapatkan dengan menghitung DHI dan Drought Vulnerability Index (DVI).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya variasi tingkat bahaya kekeringan di Indonesia yang cenderung meningkat hal ini dibuktikan dengan peningkatan
variasi kejadian, frekuensi, dan luas kelas kategori bahaya kekeringan di Indonesia. Hasil korelasi antara nilai SPI dengan indeks ONI dengan IOD positif menunjukan hubungan yang kuat dengan dengan indeks bahaya kekeringan khususnya pada periode tahun 1991 - 2000. Secara temporal bahaya kekeringan di Indonesia
meningkat khususnya pada kelas kategori sedang dan tinggi dan diduga berhubungan dengan adanya peningkatan frekuensi kejadian ENSO dan IOD lalu secara spasial wilayah yang mengalami peningkatan bahaya kekeringan paling tinggi adalah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan baik di skala kekeringan jangka pendek maupun jangka panjang. Perubahan risiko kekeringan di Indonesia secara temporal cenderung meningkat khususnya pada kelas kategori tinggi lalu secara spasial wilayah yang cenderung mengalami peningkatan risiko paling tinggi ada pada wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.