Slag besi baja merupakan salah satu limbah B3 yang dapat dimanfaatkan kembali, sehingga perlu dilakukan pemanfaatan slag sebagai agregat lapis pondasi (road base). Namun keberadaan logam berat dapat berpotensi terjadi pencemaran air tanah. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kelayakan teknis dan dampak terhadap lingkungan dari pemanfaatan tiga jenis slag besi baja sebagai agregat lapis pondasi jalan (road base). Metode analisa keterlindian logam berat yang digunakan yaitu TCLP, Uji pelindian statis dan uji pelindian dinamis. Terdapat tiga jenis slag besi baja yang digunakan yaitu slag blast furnace (BF), basic oxygen furnace (BOF) dan kambara reactor desulfurize (KR) dengan berbagai ukuran. Pada variasi campuran slag sebagai agregat, variasi pencampuran slag BF:BOF memiliki potensi kekuatan agregat tertinggi yaitu 128%, maka secara performansi ketiga jenis slag ini dapat digunakan sebagai agregat lapis pondasi. Namun, slag besi baja memiliki lima parameter logam berat utama yang perlu diperhatikan keberadaannya yaitu barium (Ba), kadmium (Cd), kromium (Cr), besi (Fe) dan seng (Zn) berturut-turut sebesar 16,25-17,75 mg/kg; 5,25-10 mg/kg; 7,75-9.75 mg/kg; 641,5- 710,75 mg/kg; dan 15,5-17,75 mg/kg. Keterlindian logam berat dari ketiga jenis slag berada dibawah standar baku mutu TCLP dalam PP 101/2014. Secara umum, konsentrasi logam berat menurun dalam lindi yang terbentuk pada tahapan pelindian statis dan dinamis yaitu Ba 0,6-6,9%, Cd 0,001-3,4%, Cr 0,002-4,4%, Zn 0,001-9,5%, dan Fe 0,007-2,5%. Kecilnya konsentrasi logam berat yang terluruh menunjukan tingginya kestabilan logam dalam slag.
Perpustakaan Digital ITB