digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kankan 37014001.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Masyarakat Sunda beragama Islam saat ini hidup dengan modernitas dalam berbagai aspek. Namun masih tertanam dalam benak mereka kepercayaan terhadap makhluk halus yang berasal dari pandangan tradisi dan adat istiadat bersinkretis ajaran agama Islam. Bagi masyarakat Sunda, makhluk halus merupakan fenomena immateri-spiritual, bukan sekedar narasi semata, bahkan sebagian menganggapnya sebagai realitas. Pandangan ini berpengaruh pada kuantitas media populer seperti televisi, radio, termasuk komik yang mengangkat tema ini sebagai sebagai kontennya. Tahun 1979 hingga 1992 hadir komik Sunda berisi materi mengenai makhluk halus, dengan genre horor mengangkat tema kehidupan sosial budaya orang Sunda berkaitan dengan kepercayaan pada mahluk halus, okultisme, serta rekayasamakhluk halus yang kental dengan representasi berbagai aspek budaya Sunda. Dari 20 komik yang terbit saat itu terpilih 3 komik yakni Ririwa nu Mawa Pati, Opat Madhab Setan dan Kawin ka Kunti, dengan pertimbangan sangat kultural, erat dengan realitas kehidupan orang Sunda. Penelitian mengkaji visualitas karakter utama meliputi aspek visual, peran, karakterisasi, arketip, dan otentisitasnya, serta tata bahasa (gramatika) visual horor Sunda yang ada dalam komik terpilih. Perwujudan karakter dengan segala atributnya yang tersemat pada tokoh utama dalam komik terpilih mengandung aspek mendalam yang berkaitan dengan aspek budaya Sunda. Begitu pula dengan gramatika komik yang menghadirkan kengerian (horor) ala orang Sunda, sehingga menjadi signifikan untuk diteliti lebih mendalam. Didukung fakta bahwa penelitian mengenai komik Sunda dengan topik dan tema tersebut masih jarang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pendekatan interdisiplin digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis interpretasi komposisional dan analisis intertekstual digunakan untuk menelaah karakter dan juga gramatika vsiual komik. Didukung teori mengenai karakter, arketip serta tata bahasa komik yang kemudian dikaitkan dengan konteks Sunda dan kesundaan. Sebagai referensi wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan sastra lisan, adat istiadat serta tradisi mengenai kepercayaan terhadap makhluk halus di masyarakat Sunda. 3 Hasil penelitian akan memberikan pengetahuan mengenai visualitas tokoh utama dalam komik Sunda serta kategori dan klasifikasi makhluk halus yang dikenal di masyarakat dengan lebih mendalam,yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi akademis dalam bidang sastra, budaya, seni rupa dan desain, yang bisa diaplikasikan pada dunia praktis, seperti penokohan, karakterisasi, arketipe dan stereotip dalam upaya pengembangan produk budaya selanjutnya. Begitu pula dengan gramatika horor komik Sunda terpilih yang dapat menjadi acuan praktis dalam merancang komik, khususnya komik Sunda. Hasil penelitian juga dapat menjadi referensi mengenai sistem religi dan kepercayaan masyarakat Sunda, sebagai salah satu unsur kebudayaan, dalam konteks pengaruhnya terhadap ragam produk budaya yang dihasilkan. Melalui penelitian ditemukan bahwa visualitas karakter utama terepresentasikan melalui wujud, emosi, volume, pewarnaan dan pencahayaan serta ekspresi yang beragam,aspek tersebut berkaitan dengan arketipe yang ditampilkan. Dalam diri karakter utama komik terpilih masing-masing memiliki lebih dari satuarketipe baik the great mother, the heroes, the shadow, the self maupun the wise old man. Setiap tokoh diceritakan memiliki kekuatan yang berasal dari tekad dan jiwa yang untuk merubah diri agar sempurna. Namun secara visual tokoh digambarkan ambivalen dengan kekuatan yang disampaikan, artinya dalam komik ini stereotip kekuatan tidak selalu berkaitan dengan fisik karakter. Peran dan arketip karakter yang muncul bersifat fase atau proses, artinya karakter bukan wujud jadi namun dalam proses menuju kebaikan, sehingga memiliki peran dan arketip yang berubah-ubah. Konsep tentang kedudukan wanita dalam masyarakat Sunda lahir pada karakter terpilih, perannya seimbang dengan tokoh laki-laki, saling melengkapi, menjadi oposisi biner, dan bersifat parental. Karakter membawa nilai dan pandangan orang sunda yakni babalik pikir (introspeksi dan evaluasi diri), tidak menganggu milik orang lain, tidak serakah, untuk menjadi manusia yang masagi (sempurna). Melalui intertekstual ditemukan bahwa konsep karakter utamadalam komik merupakan bentuk interteks mewakili realitas kehidupan(lifelikeness-keserupaan kehidupan), sebagai wujud keyakinan yang dipengaruhi pandangan kosmologi Sunda-Islam. Ketiga komik terpilihmenghadirkan gramatika visual horor melalui aspek konten berupa pilihan momen, citra, dan kata dengan memunculkan penampakkan makhluk halus dengan rupa rusak, abnormal, objek-objek kematian, adegan pembunuhan dan pengorbanan, serta dominasi pilihan kata sifat yang berkaitan dengan situasi, perasaan dan indera, berkaitan dengan realitas kepercayaan masyarakat Sunda. Melalui unsur latar, horor Sunda menyarankan pilihan latar waktu, tempat, sosial, serta fenomena alam, dan cuaca yang menghadirkan nuansa sepi dan ketakutan mendalam ala orang Sunda. Hal ini menunjukkan kedekatan orang Sunda pada alam. Secara umum ketiga komik masuk kedalam genre yang khas yakni horor spiritual karenakomik mengajak pada pemikiran mendalam, berkaitan spiritualitas dan religiositas serta perbaikan diri di hadapan Tuhan.