digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jalan Tol Jakarta-Cikampek merupakan jalan tol dengan volume terpadat di Indonesia, kepadatan terus meningkat dikarenakan jalan tol tersebut berada pada tempat yang strategis. Peningkatan volume kendaraan bermotor akan berimplikasi dengan peningkatan emisi kendaran, salah satunya adalah karbon dioksida (CO2) yang merupakan salah satu senyawa gas rumah kaca (GRK) dan hasil emisi tertinggi dari kendaraan bermotor dan menjadi perhatian utama dalam fenomena efek rumah kaca. Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek ikut berkontribusi pada peningkatan emisi kendaraan CO2. Hal tersebut memberikan eksternalitas negatif pada wilayah sekitar dalam bentuk efek rumah kaca dan dapat terjadi implikasi terhadap kesehatan masyarakat sekitar. Dampak tersebut dapat dicegah dengan adanya jalur hijau sebagai penyerap emisi CO2 yang sejalan dengan konsep sustainable transportation dan green infrastructure. Akan tetapi vegetasi jalur hijau pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek terlihat tidak tersebar merata dan tidak seluruh bagian jalan memilikinya. Hal ini tidak sejalan dengan amanat SDGs ke-13 untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim sebagai pertimbangan terhadap kebijakan, strategi, dan perencanaan. Maka perlu dilihat bagaimana kinerja dari jalur hijau tersebut dalam menyerap emisi CO2 kendaraan agar tidak berimplikasi terhadap kawasan sekitar. Oleh karena itu, penelitian ini akan meneliti bagaimana tingkat keterserapan dari jalur hijau pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek dalam menyerap emisi CO2 yang dikeluarkan dari kendaraan pada jalan tol tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menghitung jumlah emisi yang dikeluarkan lalu dikurangi dengan daya serap jalur hijau tersebut. Analisis diawali dengan membagi Jalan Tol Jakarta-Cikampek menjadi 22 segmen berdasarkan karakteristik vegetasi, jumlah kendaraan, dan kegiatan sekitar. Perhitungan jumlah emisi dilakukan dengan mengalikan jumlah kendaraan dengan faktor emisi, fuel economy, dan massa jenis. Untuk kemampuan daya serap dengan cara mengalikan jumlah vegetasi dengan nilai daya serap per jenisnya. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui jumlah emisi tertinggi dihasilkan pada tanggal 11 Agustus 2017, dan diketahui bahwa Segmen 19, di antara gerbang tol Pondok Gede Timur dan Pondok Gede Barat, memiliki total emisi -0.04 ton/hari, tanda minus memiliki arti bahwa total daya serap pada segmen 19 melebihi produksi emisi yang ada sebanyak 0.04 ton/hari. Segmen 19 juga memiliki tingkat penyerapan tertinggi yaitu sebesar 101.15% yang mengindikasikan bahwa kapasitas daya serap segmen tersebut telah melebihi produksi emisi yang ada, sedangkan segmen lainnya masih memiliki sisa produksi emisi CO2.